Disorot Presiden Soal Peningkatan Covid-19, Ini Respon Pemprov Jateng

Pemprov Jateng mengklaim ada kesalahan input data dari Satgas Covid-19, Sehingga terlihat lonjakan kasus di Jawa Tengah

Budi Arista Romadhoni
Senin, 30 November 2020 | 14:04 WIB
Disorot Presiden Soal Peningkatan Covid-19, Ini Respon Pemprov Jateng
Ilustrasi Covid-19 (Elements Envato)

SuaraJawaTengah.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti dua provinsi yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 yang sangat drastis dalam pekan ini. Dua daerah itu yakni Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah.

Kenaikan tersebut langsung direspon oleh Pemprov Jawa Tengah. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo menilai ada kekeliruan dalam rilis Satgas Covid-19 tentang penambahan kasus positif di Jawa Tengah.

Yulianti menyatakan, pada Minggu (29/11/2020), Satgas menyebut Jawa Tengah menjadi provinsi tertinggi penambahan kasus aktif sebesar 2.036 kasus, padahal di hari yang sama, jumlah penambahan kasus di Jawa Tengah hanya 844.

“Itu mengagetkan kita semuanya, bahwa dikatakan dalam rilis itu Jateng tertinggi di Indonesia pada tanggal 29 November dengan jumlah kasus 2.036. Ini berbeda jauh dari data kami, yang hanya 844 penambahannya,” kata Yulianto, Senin (30/11).

Baca Juga:Musim Hujan Bisa Bikin Masker Tak Efektif, Begini Kata Para Ahli

Setelah ditelusuri, ternyata data yang dirilis oleh Satgas Covid-19 pusat sebanyak 2.036 tersebut terjadi dobel data. Bahkan ditemukan sebanyak 519 data yang dobel dalam rilis oleh pemerintah pusat itu.

“Selain itu, kami temukan juga ada 75 orang yang pada minggu sebelumnya sudah dirilis, kemarin dirilis lagi. Untuk temuan 519 yang dobel data itu, ada satu nama yang ditulis sampai empat hingga lima kali sehingga total data yang dobel sebanyak 694 kasus. Itu hari itu saja, ya saat rilis Jateng tambah 2.036,” jelasnya.

Yulianto mencontohkan, dobel data terjadi di Kendal. Dimana dalam rilis pusat itu, ada satu nama pasien yang ditulis sampai lima kali. Tak hanya dobel data, Yulianto juga menemukan banyak kasus lama yang dimasukkan dalam rilis Satgas Covid-19 pada 29 November itu.

Dari data itu, ternyata banyak data yang sebenarnya sudah diinput pada bulan Juni lalu.

“Jadi, dari jumlah penambahan kasus yang disebut Satgas Covid-19 sebanyak 2.036 itu, ternyata ada dobel data banyak. Selain itu, juga kasusnya sudah lama, bahkan sudah beberapa bulan yang lalu baru dirilis kemarin,” tegasnya.

Baca Juga:Masih Pandemi, Bupati Landak Karolin Belum Putuskan Sekolah Tatap Muka 2021

Terkait persoalan perbedaan data tersebut, Yulianto mengatakan sudah berkali-kali koordinasi dengan Satgas Covid-19 Pusat. Tujuannya agar data yang ada bisa sinkron sehingga tidak membuat resah masyarakat.

“Kami terus komunikasi dengan pusat terkait perbaikan data ini. Kami meminta agar pusat mengambil saja data di website kami, corona.jatengprov.go.id karena itu sudah pasti benar. Ini saran yang kami sampaikan ke pusat, agar menjadi perhatian,” pungkasnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta masyarakat tidak resah dengan peningkatan kasus positif Covid-10 di Jateng seperti yang dirilis pemerintah pusat. Ia mengatakan bahwa masyarakat bisa mengakses data kasus Covid-19 lewat situs https://corona.jatengprov.go.id.

“Karena kawan-kawan selalu melakukan update data, maka Pemprov secara terbuka menyampaikan kepada publik melalui situs resmi itu,” katanya.

Ganjar juga membenarkan adanya perbedaan data antara pemerintah pusat dengan daerah. Untuk itu, sampai saat ini timnya sedang berupaya menyinkronkan data.

“Bagian data Dinkes selalu komunikasi dengan pengelola data di Kemenkes dan Satgas agar rilis data tidak berbeda terlalu banyak,” pungkasnya.

Sekadar diketahui, Satgas Covid-19 sebelumnya merilis bahwa Jawa Tengah menjadi provinsi tertinggi dengan penambahan kasus terbanyak sejumlah 2.036 pada Minggu (29/11). Dengan penambahan itu, maka kasus aktif di Jawa Tengah berjumlah 14.376.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini