SuaraJawaTengah.id - Putri KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) Ienas Tsuroiya meminta kepada masyarakat terutama kepada pembenci Front Pembela Islam (FPI) untuk tidak mencatut nama abahnya dalam segala bentuk gambar maupun video.
Tak dipungkiri, Pengasuh Ponpes Raudlatut Thailibin, Leteh Rembang Jawa Tengah Gus Mus, selain tokoh agama juga dikenal sebagai sastrawan. Ia kerap berdakwah dengan menuangkan gagasannya melalui tulisan berupa puisi.
Lewat puisi atau kata-kata yang sering dibuat Gus Mus itulah, banyak dimanfaatkan beberapa oknum dengan mencatut namanya tanpa izin untuk melawan pihak tertentu.
Melalui kicauan di akun twitter @tsuroiya. Putri sulung Gus Mus mengingatkan kepada siapapun untuk berhenti mencatut nama ayahnya dalam kampanye melawan FPI.
Baca Juga:6 Pengawal Habib Rizieq Diautopsi Tanpa Izin, Amien Rais Ultimatum Jokowi
"Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)," katanya Minggu (13/12/2020).
Dirinya mengaku sudah tiga tahun belakangan ini dibuat repot untuk mengklarifikasi postingan yang dibuat oleh oknum-oknum yang mencatut nama Gus Mus tersebut.
Lanjutnya, Ienas menjelaskan pada tahun 2018 mendapati akun buzzer Kata Kita membagikan tulisan orang lain tapi namanya diganti dengan nama Gus Mus. Ketika akun itu ia tegur, namun pemilik akun itu tidak jujur. Pada akhirnya banyak yang mendukung Ienas, hingga unggahan tersebut pun dihapus.
"Tapi belakangan ini, tulisan itu beredar lagi, masih dengan nama dan foto Abah. Diklarifikasi satu, muncul lagi dan lagi. Karena penasaran, saya google lah judul tulisan itu, ternyata yang muncul adalah postingan KataKita," terangnya.
Selain itu, Ienas juga menceritakan kasus lainnya yakni terdapat tulisan dari pendukung Jokowi yang menulis surat terbuka kepada keturunan Arab yang diposting di facebook. Akan tetapi ada oknum yang sengaja menambahkan nama Gus Mus diatasnya, langsung viral sehingga dirinya pun kerepotan lagi untuk membantah postingan itu.
Baca Juga:Pembuat Video yang Catut Gus Mus Minta Maaf, Ienas: Sudah Terlambat
"Sampai sekarang masih beredar di WAG, berdasarkan pengalaman saya, kalau sudah masuk aplikasi Whattsapp, akan sangat sulit dihentikan penyebarannya," tambahnya.
Yang membuatnya meradang, kini dirinya dihadapkan dengan beredarnya video demo FPI yang memuat audio Gus Mus saat membacakan puisi berjudul "Allahu Akbar".
"Ternyata KataKita termasuk yang mempostingnya. Tapi syukurlah, barusan saya cek sudah ngga ada. Semoga ngga diposting ulang," ucapnya.
Selanjutnya, Ienas menerangkan bahwasanya puisi "Allahu Akbar" yang ditulis Gus Mus pada tahun 2005 itu bersifat universal. Tidak menyerang satu kelompok manapun. Seperti puisi Gus Mus lainnya yang kebanyakan mengajak untuk mengintropeksi diri.
"Kalau menggabungkan suara beliau (Gus Mus) dengan demo FPI, itu namanya mengadu-domba," tegasnya.
Dengan memperingatkan pendukung Jokowi, bukan serta merta dirinya mendukung ormas FPI. Bahkan Ienas sendiri ikut resah menyaksikan ulah FPI yang sering diwarnai dengan tindakan kekerasan. Meski dengan dalih nahi mungkar sekalipun.
"Menurut keyakinan saya, nahi mungkar (memerangi kemaksiatan) itu harus dilakukan secara makruf, alias dengan cara yang baik, berlandaskan kasih sayang. Bukan berdasarkan benci apalagi dengan kekerasan," pungkasnya.
Reporter: Fitroh Nurikhsan