SuaraJawaTengah.id - Provinsi Jawa Tengah masih berpotensi terjadi cuaca ekstrem. Hal itu harus diantisipasi oleh masyarakat maupun pemerintah daerah.
Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengatakan, fenomona cuaca ekstrem itu terjadi karena masih aktifnya muson dingin asia.
Kemudian, lanjut Sutikno, adanya konvergensi di wilayah Jateng akibat adanya pusat tekanan rendah di Australia Bagian Utara dan mengakibatkan cuaca ekstrem di Jateng.
"Selain itu didukung masa udara yang labil serta kelembapan udara yang cukup tinggi dari lapisan bawah hingga atas dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Jateng," ujarnya dilansir dari Ayosemarang.com, Selasa (9/2/2021).
Baca Juga:Usai Gerakan Jateng di Rumah Saja, Ganjar Siap Terapkan PPKM Micro
BMKG Ahmad Yani Semarang memprakirakan adanya potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah pada 9-10 Februari 2021.
"Untuk tanggal 9, potensi cuaca ekstrem ada di Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Brebes, Tegal, Purwokerto, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang dan sekitarnya," imbuhnya.
Pada tanggal 10 Februari 2021, potensi cuaca ekstrem ada di Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Brebes, Tegal, Purwokerto, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Salatiga, Boyolali, Sragen dan sekitarnya.
"Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (hujan lebat disertai kilat/petir dan diikuti angin kencang, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin," imbaunya.
Baca Juga:Sebulan Tak Melaut Karena Cuaca Ekstrem, Nelayan Lebak Kian Kesulitan