Pendaki Magelang Ditinggal Rekannya di Gunung Lawu, Kondisinya Drop

Pendaki asal Magelang ditinggal rombongannya di Gunung Lawu

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 23 Maret 2021 | 10:44 WIB
Pendaki Magelang Ditinggal Rekannya di Gunung Lawu, Kondisinya Drop
Unggahan pendaki asal magelang ditinggal rombongannya. [Instagram/@jejak_pendaki]

SuaraJawaTengah.id - Beredar di Instagram dugaan salah seorang pendaki asal Magelang ditinggal rombongannya di Gunung Lawu, Jawa Timur. Pendaki gunung pemula sering minim pengetahuan dan etika.

Kabar penelantaran pendaki ini, kali pertama diposting Agoes Agoes dan di-repost oleh @jejak_pendaki. Dalam postingan disebutkan, pendaki yang sedang sakit itu ditinggal sendirian di Pos Cemoro Sewu, Gunung Lawu. 

Mahasiswa pencinta alam Universtas Tidar (Untidar), Kota Magelang, Ja’far Shidiq menilai, idealnya pendaki memahami etika dan standar melakukan perjalanan dalam rombongan. 

Menurut Ja’far yang juga Ketua Divisi Susur Gua, UKM Sulfur Untidar, penting bagi pendaki mengetahui standar pendakian. Termasuk mengajak orang yang sudah berpengalaman mendaki gunung secara rombongan.  

Baca Juga:Viral Pendaki Gunung Dicegat Babi Hutan, Aksi Panjat Pohon Bikin Ngakak

“Pentingnya ketika rekan-rekan yang baru mulai mendaki mengajak orang yang berpengalaman membawa rombongan. Itu yang sekarang jarang dilakukan oleh para pendaki baru,” kata Ja’far kepada SuaraJawaTengah.id, Selasa (23/3/2021).

Pendaki senior biasanya memiliki pengalaman menakar karakter dan kemampuan fisik masing-masing anggota rombongan. Dia yang nantinya akan mengontrol ego para anggota sehingga tidak mebahayakan anggota lainnya. 

Tanpa pendaki senior biasanya anggota yang lemah fisiknya rikuh untuk melaporkan kondisi ke peserta lainnya. Apalagi jika dalam rombongan ada anggota yang berambisi mencapai puncak gunung.  

Euforia dan ambisi mendaki gunung untuk segera mencapai puncak, juga kadang menyepelekan kondisi fisik masing-masing anggota rombongan yang beragam. 

“Ketika fisik drop harusnya bilang ke rombongan. Rombongan juga harusnya mengerti kalau ada temanya yang tidak fit. Pendaki berpengalaman bisa menjadi pengontrol suasana,” ujar Ja’far. 

Baca Juga:Pendaki Asal Padang Jatuh ke Kawah Gunung Marapi di Sumbar, Menanti Tim SAR

Pendaki berpengalaman umumnya juga memahami teori urutan barisan anggota saat menyusuri trek. Peserta dengan fisik lemah biasanya diposisikan di depan barisan, sedangkan yang paling fit bertugas sebagai sweeper di belakang.

Menurut Ja’far salah satu tujuan mendaki gunung adalah bersenang-senang. Jadi pengalaman yang dibawa pulang setelah mendaki gunung seharusnya adalah perasaan bahagia.     

“Tapi ketika ada yang sakit, lalu ditinggal, terus pulang ke rumah akhirnya kan tidak senang karena ada masalah disitu. Yang berhasil muncak juga pulang membawa rasa menyesal karena menelantarkan teman.” 

Berdasarkan pengalaman mendaki gunung di Jawa Tengah sejak tahun 2013, Ja’far menilai standar keselamatan yang diterapkan basecamp sudah menunjukan perbaikan.    

Basecamp pendakian misalnya mensyaratkan surat sehat bagi para calon pendaki. Mereka juga memeriksa dan memastikan perlengkapan serta logistik para pendaki cukup untuk bekal dalam perjalanan.

“Pendakian sekarang sudah tambah gampang. Dipermudah karena basecamp sudah memberi fasilitas. Standar keselamatan seperti barang bawaan dan surat keterangan dokter, menurut saya cukup menjadi indikasi pendaki siap secara materi, baik alat maupun fisik,” kata Ja’far Shidiq.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini