Waktu kerja para penjual air bersih ini dimulai pukul 03.00. Biasanya, mereka akan hilir-mudik sampai tengah hari atau kira-kira pukul 02.00. Mereka tidak mengambil air di sumur dengan cuma-cuma.
Tiap bulan, mereka harus membayar sejumlah uang ke pengelola kawasan ruko itu. Nantinya, air bersih dijual Rp2.000 per blek.
Masing-masing penjual air bersih ini termasuk Pardi, Sardi dan Paino sudah punya pelanggan sendiri. Jadi, penghasilan mereka pun berbeda.
Dulu, sebelum penataan air di Semarang sebaik sekarang, tidak hanya warung yang memesan air ke mereka, warga yang kesulitan air pun juga pesan.
Baca Juga:10 SMA Terbaik di Kota Semarang, Berminat Masuk Sekolah Ini?
Namun, kini penghasilan mereka kian menyusut. Selain sudah tidak adanya problem warga kesulitan air, warung juga banyak yang dipindah.
“Sekarang sepi. Warung-warung juga sudah banyak yang tutup atau pindah karena penertiban kota,” ujar Sardi.