SuaraJawaTengah.id - Suara sirine mobil ambulans sudah terdengar saling bersahutan. Satu per satu mobil ambulans memasuki Kompleks Pemakaman Candi Gedad yang berada di Desa Gedad, Kecamatan Getasan, Salatiga, Jawa Tengah.
Suasana tampak mencekam, satu per satu jenazah yang datang dikuburkan petugas pemakaman yang menggunakan hazmat. Hal semacam itu bisa dilihat hampir di semua pemakaman yang ada di Indonesia.
Salah satu relawan pemakaman, Ardian Kurniawan Santoso mengatakan, dalam sehari dia bisa memakamkan hingga empat orang jenazah dari beberapa daerah di Salatiga semenjak adanya pandemi Covid-19.
"Dalam satu hari bisa satu sampai empat orang, kami memakamkan jenazah Covid-19," jelasnya kepada Suara.com, Rabu (14/7/2021).
Baca Juga:Angka Positif Masih Naik, IDI Sebut Masyarakat Indonesia Tak Paham Tujuan PPKM Darurat
Ardian tidak sendirian, setiap kali memakamkan kerap ditemani tiga relawan lain yang bersiaga di kompleks pemakaman tersebut. Menjadi relawan pemakaman jenazah Covid-19 merupakan niatnya sedari awal sejak Covid-19 menyebar di Salatiga.
"Kalau bukan kita mau siapa lagi," katanya.
Kedatangan mobil ambulans yang membawa jenazah Covid-19 tak bisa ditebaknya. Bahkan, dia mengaku pernah memakamkan jenazah Covid-19 jam 2.30 pagi.
"Hanphone saya harus aktif terus, kedatangan jenazah tak bisa ditebak," ujarnya.
Bahkan, dia dan teman-teman relawan yang lain pernah tidur di kompleks pemakaman karena saking banyaknya jenazah yang harus dimakamkan.
Baca Juga:Pekan Ini, Pasien COVID 19 Sumsel Terbanyak selama Pandemi
"Saat menunggu jenazah yang datang kami pernah tidur di makam," paparnya.
Sejauh ini, belum ada akomodasi yang dia terima untuk memakamkan jenazah Covid-19. Tak jarang dia harus mengeluarkan modal sendiri untuk membeli alat pelindung diri seperti baju, masker hingga kaos tangan.
"Tidak ada sama sekali, APD beli sendiri setiap satu kali pemakaman APD kami bakar," imbuhnya.
Untuk membeli APD, dia biasa merogoh uang pribadinya hingga Rp 70 ribu. Meski demikian, dia ikhlas menjadi relawan jenazah Covid-19. Dia berniat ingin menjadi relawan Covid-19 sampai pandemi berakhir.
"Sekali memakamkan biasanya ada enam sampai delapan orang. Untuk makan, biasanya kami bungkus nasi dan makan di pemakaman untuk jaga-jaga," ucapnya.
Hal yang sama juga dialami Lucky CL, seorang relawan pemakan Covi-19 di Kota Semarang. Awal bulan Ramadan tahun ini dia sempat bersantai lantaran kasus kematian karena Covid-19 di Kota Semarang menurun.
Saking sepinya, dia mengaku sempat tak mendapatkan tugas untuk memakamkan pasien Covid-19 di Kota Semarang. Namun, saat ini Lucky kembali disibukan seiring naiknya kasus Covid-19 di Kota Semarang.
Lucky mengaku, hingga saat ini sudah memakamkan ratusan jenazah pasien Covid-19 di Kota Semarang. Sementara untuk bulan ini, dia sudah memakamkan sembilan jenazah pasien Covid-19.
"Kalau mulai ramai lagi ya pascalebaran kemarin sudah mulai sibuk lagi," jelasnya beberapa waktu yang lalu.
Berdasarkan info yang didapatkan, sejumlah rumah sakit di Kota Semarang sudah mulai membludak. Dia juga mendapatkan kabar jika Rumah Dinas Wali Kota Semarang juga penuh.
"Ya semoga saja pasien sembuh semua lantaran informasi yang kami terima jumlah pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Semarang membludak. Rumdin yang jadi tempat isolasi pasien juga penuh," katanya.
Dia menceritakan, lonjakan kasus Covid-19 gelombang pertama yang terjadi beberapa bulan lalu sempat membuatnya kewalahan. Saat itu dalam satu hari saja dia bisa memakamkan tiga jenazah.
"Saat itu mampu memakamkan tiga jenazah pasien Covid-19 dalam semalam," katanya.
Banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal membuatnya harus standby selama 24 jam. Hal itulah yang membuatnya terkadang harus tidur di kuburan.
"Mau nggak mau harus siap dipanggil kapan saja. Bahkan kami harus tidur di kuburan," ucapnya.
Dia berharap tak ada lonjakan angka kematian pada gelombang kedua pandemi Covid-19 tahun ini. Selain itu, Lucky juga mengingatkan masyarakat agar lebih taat protokol kesehatan.
"Kenaikan kasus Covid-19 di gelombang kedua ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih tertib prokes," katanya.
Sementara itu, relawan pemakaman Covid-19 yang lain, Pelo menjelaskan, tak hanya meningkatnya jumlah permintaan pemakaman pasien Covid-19, penyemprotan disinfektan juga meningkat.
Masyarakat beberapa minggu terakhir ini seringkali meminta para relawan untuk menyemprot disinfektan di wilayah pemukiman atau perkantoran sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.
"Ya karena kasus mulai tinggi masyarakat jadi lebih waspada kembali," terangnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di Jateng menunjukkan hasil positif. Jika minggu sebelumnya terdapat 25 Kabupaten/Kota di Jateng yang masuk zona merah, kini jumlah daerah resiko tinggi itu turun dan hanya menjadi 19 daerah.
"Sekarang hanya 19 Kabupaten/Kota yang masuk kategori zona merah. Yakni Klaten, Kota Semarang, Purworejo, Kendal, Batang, Kabupaten Semarang, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Brebes, Pati, Rembang, Kota Pekalongan, Sukoharjo, Kebumen, Kota Tegal, Pemalang, Karanganyar dan Sragen," katanya.
Untuk kasus aktif tertinggi, lanjut Ganjar, terjadi di Kota Semarang (1852 kasus), Klaten (1554 kasus), Banjarnegara (1415 kasus), Kendal (1349 kasus) dan Kebumen (1251 kasus).
"Sementara untuk kasus baru tertinggi terdapat di Semarang, Pemalang, Kendal, Klaten dan Banjarnegara," imbuhnya.
Terkait angka keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR), Ganjar mengatakan saat ini sudah cukup bagus. BOR ICU yang sempat tinggi pada minggu lalu, saat ini sudah turun di angka 77,83 persen. Sementara tempat tidur isolasi juga turun menjadi 85,07 persen.
"BOR nya membaik. Kemarin kita sempat deg-degan, maka saya minta teman-teman Bupati/Wali Kota menambah ICU dan isolasi. Sekarang sudah membaik, tapi saya tetap meminta dilakukan penambahan dan dibuat skenario dukungan rumah sakit darurat," ucapnya.
Selain persoalan itu, Ganjar juga mengatakan pihaknya terus mengupayakan pemenuhak oksigen dan obat-obatan. Untuk oksigen, pihaknya telah membuat Satgas Oksigen dan meminta seluruh rumah sakit punya PIC yang mengurusi soal itu.
"Selain itu kami juga meminta mereka mengisi aplikasi Jateng Oksigen Stok Sistem (Joss). Tadi saya juga rapat dengan seluruh pemangku kepentingan terkait oksigen agar semua bekerja sama untuk memenuhi," jelasnya.
Terkait obat-obatan, Ganjar meminta Kemenkes menambah beberapa jenis obat-obatan di pasaran. Sebab laporannya, banyak dokter yang merekomendasikan obat tertentu, namun langka di pasaran.
"Saya sudah WA Pak Menkes agar ditambah. Ya siapa tahu obat-obatan itu manjur dan mengurangi angka kematian," pungkasnya.
Seperti diketahui, berdasarkat situs resmi Pemprov Jateng https://corona.jatengprov.go.id/ sampai saat ini terkonfirmasi pasien Covid-19 yang meninggal di Jateng mencapai anga 18.480 kasus, tepat di hari ini kasusnya bertambah 195 warga meninggal karena Covid-19.
Sementara untuk pasien yang terkonfirmsi sembuh mencapai angka 252.216 pasien dan yang terkonfirmasi masih dirawat sekitar 27.055.
Kontributor : Dafi Yusuf