"Banyak yang telpon, tanya ini benar tidak. Dari pihak kelurahan, kepolisian juga menghubungi. Saya juga sempat agak takut. Takutnya nanti malah ciptain kerumunan karena orang pada datang. Alhamdulilah tidak, karena memang kita nargetinnya orang isoman dengan hasil antigen atau PCR," ujarnya.
Selain meringankan beban warga yang isolasi mandiri, apa yang dilakukan Syadhali juga memantik sejumlah pihak untuk menawarkan donasi kepadanya. Namun tawaran bantuan itu ditolak Syadhali lantaran khawatir kewalahan mengingat jumlah karyawan rumah makannya terbatas.
Dia menyarankan mereka untuk membuat kegiatan serupa di tempat usahanya masing-masing. Saran itu kemudian memunculkan sejumlah gerakan solidaritas untuk membantu warga yang isolasi mandiri di Kota Batik.
"Awalnya pada mau nyumbang, tapi saya bingung tidak ada tenaganya, jadi lebih baik mereka buka posko sendiri, berpartisipasi dengan cara masing-masing. Ada yang bantu oksigen, obat. Jadi tidak melulu kuliner. Kalau saya basic-nya kuliner, ya bantuan yang saya bagikan makanan," ujarnya.
Baca Juga:Agar Pasien Isolasi Mandiri Tetap Aman, Ini Hal yang Mesti Diperhatikan
Syadhali berharap kepedulian di tengah pandemi, terutama di masa PPKM Darurat semakin banyak bermunculan dari berbagai kalangan.
"Makin banyak yang seperti ini makin bagus. Jadi insya Allah di Kota Pekalongan pemerintah tidak repot terkait warga yang isoman. Pemerintah fokus menangani yang positif Covid-19 gejala berat dan sedang," ucapnya.
Syadhali juga berharap pemerintah dalam membuat aturan di masa pandemi disertai dengan solusi yang bijaksana karena aturan yang dibuat berdampak pada banyak masyarakat. "Semoga pandemi Covid-19 ini segera berlalu," tuturnya.
Kontributor : F Firdaus
Baca Juga:Curhatan Relawan Pemakaman di Salatiga, APD Beli Sendiri hingga Harus Tidur di Kuburan