SuaraJawaTengah.id - Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM Darurat sejak 3 sampai 20 Juli 2021 memberikan dampak positif terhadap penanganan pasien COVID-19 di Kota Semarang.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut sudah tidak ada lagi penumpukan pasien COVID-19 di sejumlah rumah sakit yang ada di Ibu Kota Jawa Tengah.
"Tidak ada penumpukan pasien. Rata-rata ketersediaan tempat tidur di rumah sakit saat ini sekitar 57 persen," kata wali kota yang akrab disapa Hendi di lansir dari ANTARA tersebut di Semarang, Rabu (21/7/2021).
Jumlah tersebut, lanjut dia, jauh berkurang jika di banding dua pekan lalu yang sempat mencapai 94 persen.
Baca Juga:Polisi Surabaya Siapkan Skenario Baru Saat PPKM Darurat Selesai dan Kasus Covid-19 Turun
"Dari 21 rumah sakit di Kota Semarang, hanya tiga yang masih penuh. RS Permata Medika, Telogorejo dan Panti Wiloso," ujarnya.
Bahkan, menurut dia, tingkat keterisian tempat tidur di sejumlah pusat isolasi COVID-19 sudah mencapai 24 persen.
Meski demikian, kata dia, tingkat keterisian pasien di ruang unit gawat darurat masih relatif tinggi, yakni mencapai 84 persen.
PPKM Darurat sendiri, kata dia, diputuskan diperpanjang hingga 25 Juli 2021, termasuk di Kota Semarang.
Ia menuturkan hal tersebut merupakan kebijakan yang sulit, namun harus dilakukan untuk menekan jumlah kasua COVID-19.
Baca Juga:PPKM Darurat Diperpanjang Hingga 25 Juli, Liga 1 Tetap Digelar Akhir Agustus
Angka Kematian
Meski jumlah kasus COVID-19 di Kota Semarang sudah mulai menurun, kata dia, Ibu Kota Jawa Tengah ini masih masuk dalam kategori PPKM level 4.
"Angka kematian akibat COVID-19 masih sekitar 6,2 persen, masih di atas rata-rata nasional yang ditetapkan maksimal 5 persen," kata Wali Kota.
Pada 3 Juli, rata-rata angka kematian mencapai 340 orang per hari.
Jumlah tersebut, menurut dia, saat ini sudah turun menjadi 271 orang per hari.
Ia menyebut banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian tersebut. Seperti tingginya tingkat hunian di rumah sakit pada dua hingga tiga pekan terakhir sehingga banyak yang memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri.
Selain itu terdapat pula keterbatasan saat proses perjalanan ke tempat-tempat karantina.
Ia juga menyebut pemahaman masyarakat yang tentang kesehatan juga menjadi salah satu penyebab.
"Pemahaman tentang kesehatan kurang. Kapan saatnya harus memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan kurang disadari," katanya.
Meski demikian, Pemkot Semarang akan terus berupaya menekan angka kematian akibat COVID-19 ini selama beberapa waktu ke depan.
Berdasarkan data dari siagacorona.semarangkota.go.id, saat ini pasien Covid-19 yang dirawat mencapai 2.043 orang. Sementara yang meninggal dunia mencapai 5.388. Kemudian pasien Covid-19 yang sembuh mencapai 66.486 orang.