SuaraJawaTengah.id - Sama sekali tidak mendapat job selama pandemi, banyak penyanyi panggung banting setir menjual masakan matengan dan pakaian. Tabungan ludes untuk biaya hidup sehari-hari.
Hampir 2 tahun pandemi Covid, seluruh kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerumunan dilarang. Praktis penyanyi panggung sama sekali tidak menerima job.
“Dampaknya, penyanyi jadi nganggur. Kan (acara) jadi diundur, tapi ternyata batal berturut-turut. Bulan Juli semua job batal. Banyak nggak terhitung. Bulan Juli dan Agustus batal semua,” kata Puspita Dewi, penyanyi panggung yang biasa tampil di acara resepsi pernikahan atau gathering, Jumat (20/8/2021).
Padahal di bulan Agustus biasanya penyanyi kebanjiran job. Permintaan menyanyi di acara panggung peringatan 17 Agustus, datang siang dan malam.
Baca Juga:BIN Sulsel Siapkan 2.400 Vaksin COVID-19 untuk Pelajar dan Masyarakat Gowa
Puspita Dewi mengaku dulu sampai menolak tawaran menyanyi saking banyaknya permintaan.
“Kalau sebelum pandemi, bulan Besar (Dzulhijjah) manggung hampir setiap hari. Apalagi bulan Agustus, banyak. Siang-malam. Hari Sabtu dan Minggu itu bisa double job.”
Sekarang untuk bertahan hidup, Dewi menjual simpanan perhiasan. Tabungannya sudah ludes untuk membiaya sekolah kedua orang anaknya yang duduk di bangku SMP dan SMA.
“Saya punya cincin tapi makin lama juga habis. Kalau nggak ada penghasilan kan ini bisa jual. Lama-lama jual gelang, kalung. Tabungan sudah ludes. Banyak sekali buat biaya hidup,” katanya.
![Ilustrasi panggung dengan sound system. [TIMES Indonesia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/06/05/97035-ilustrasi-panggung-dengan-sound-system.jpg)
Tapi menurut Dewi, kondisinya jauh lebih baik dibanding rekan lainnya sesama penyanyi panggung. Banyak yang terpaksa banting setir menjual masakan atau pakaian secara online untuk biaya makan.
Baca Juga:Tren Kasus Covid-19 Menurun, Limbah Infeksius di Posko BPBD DIY Berkurang Drastis
“Ada juga yang jual kostum menyanyi. Jadi sudah nggak dipakai untuk menyanyi, dijual untuk tambahan pemasukan.”