Sebelum pandemi, di bulan Syawal, Dzulhijjah, dan Dzulqoidah biasanya jasa penyewaan sound sistem kebanjiran job. Menurut Aziz hampir tiap hari, perangkat sound sistem miliknya disewa untuk hajatan.
Aziz tidak menyebut jumlah pasti potensi kerugian yang dideritanya selama pandemi. Dia menyebut ongkos sewa paling murah sebesar Rp 600 ribu-Rp 700 ribu untuk seperangkat sound berkekuatan 2.500 watt.
Jika dipukul rata selama bulan Dzulhijjah Aziz (seharusnya) menerima 23 kali tanggapan, diperkirakan potensi kerugian paling sedikit Rp 16 juta. “Kalau dihitung sejak pandemi (Maret 2020), potensi kerugiannya bisa ratusan juta rupiah,” ujarnya.
![Untuk menyambung hidup, pengusaha persewaan sound system di Boyolali harus rela menjual beberapa sound system miliknya. [Instagram @dolanboyolali]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/31/97840-sound-system-dijual.jpg)
Di tengah tidak adanya job, kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi. Aziz sendiri bertanggung jawab atas 2 orang kru yang masing-masing punya keluarga yang harus tetap dinafkahi.
Baca Juga:BIN Sulsel Siapkan 2.400 Vaksin COVID-19 untuk Pelajar dan Masyarakat Gowa
“Alat mulai dikurangi sebagian untuk membantu mencukupi kebutuhan. Jual sebagian box dan speaker. Ada juga yang jual mixer, power, microphone. Harus sampai jual itu semua untuk menutup kebutuhan sehari-hari.”
Padahal hasil menjual peralatan juga tidak seberapa. Pemilik sound menjual alat karena butuh uang cepat sehingga harga yang ditawarkan jauh di bawah harga normal.
Meski sudah banting harga, tidak banyak orang yang berminat membeli peralatan sound sistem. “Mereka yang beli kan sama-sama kena dampak pandemi. Jadi mereka nggak beli kayak harga normal.”
Bantuan stimulus usaha yang diberikan pemerintah tidak mampu menyentuh seluruh pelaku usaha. Banyak dari mereka tidak lolos verifikasi karena dianggap berekonomi mampu.
Padahal tidak semua pemilik sound sistem berekonomi mampu atau memiliki pekerjaan lain. Kebanyakan dari mereka menggantungkan hidup hanya dari penyewaan perangkat sound.
Baca Juga:Tren Kasus Covid-19 Menurun, Limbah Infeksius di Posko BPBD DIY Berkurang Drastis
Di Kabupaten Magelang ada ribuan pemilik usaha penyewaan sound sistem dan pekerja seni yang tergabung di berbagai paguyuban atau komunitas. Aziz sendiri bergabung di komunitas Pemilik Audio Sound Sistem Magelang (PASSMA) yang beranggotakan 610 orang.
“Anggota kami se-Kabupaten Magelang tapi itu di luar komunitas yang lain ya. Kalau ditotal jumlahnya bisa ribuan orang. Masih ada Komunitas Sound Gunung, Prima dan banyak lagi,” kata Aziz.
Dia berharap pandemi segera berlalu atau pemerintah mengizinkan acara panggung atau hajatan bisa digelar dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
“Kami tetap menunggu, ikut aturan yang ada. Kami belum berani mengadakan event. Mereka yang mempunyai hajat juga nggak berani. Jadinya jasa kami kan juga nggak laku. Mau tidak mau harus ikut aturan.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi