Kembang Kempis Pijat Tunanetra di Semarang Saat Pandemi: Tabungan Habis, Tak Ada Pelanggan

Harno dan teman-temannya merupakan orang berkebutuhan khusus kategori tunanetra.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 02 September 2021 | 11:09 WIB
Kembang Kempis Pijat Tunanetra di Semarang Saat Pandemi: Tabungan Habis, Tak Ada Pelanggan
Pemijat bernama Harno sedang mengurut kaki salah satu pelanggan. [Suara.com/Dafi Yusuf]

Namun usahanya kini mulai kembang-kempis lantaran pendapatannya menurrun derastis. Jika dia bandingkan dengan sebelum pandemi, penghasilannya turun hingga 50 persen.

"Sekarang itu pemasukannya sedikit namun pengeluarannya banyak," jelasnya.

Sebelum pandemi, pelanggan yang datang ke panti pijat miliknya itu bisa sampai 40 hingga 60 orang. Tak heran jika di panti pijat miliknya itu ada sembilan pemijat yang berasal dari berbagai daerah.

"Ada yang dari Cilacap, Magelang, Purworejo, Jawa Timur, dan Wonosobo juga ada," ujarnya.

Baca Juga:Jumpa PSIS di Pekan Pembuka Liga 1, Persela Termotivasi Akhiri Rekor Buruk

Selama pandemi setiap pemijat hanya bisa mendapatkan 1-2 pelanggan. Padahal, ketika sebelum pandemi setiap pemijat bisa mendapatkan 4-5 pelanggan saben harinya.

"Namun kita tetap bersyukur karena masih ada pelanggan yang datang," paparnya.

Kini, selain melayani pijat di tempat dia juga melayani pijat di luar. Untuk tarif pijat tak berbeda, hanya saja pemesan harus mengantarnya pulang dan pergi.

"Kalau tarif pijatnya Rp 50 ribu sekali pijat," ucapnya.

Pemijat yang berada di panti pijat miliknya itu tak sembarangan. Mereka sudah dilatih selama dua tahun oleh orang yang ahli di bidang pijat. Untuk itulah, dia menjamin kualitas pijatan di tempatnya berkualitas.

Baca Juga:Covid-19, Dari Pandemi Jadi Endemik, Mungkinkah?

"Kita sebelum terjun seperti ini itu ada kursus pijat selama 2 tahun dulu," paparnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini