"Saya gerilya mencari keluarga2 napi teroris yang ditangkap ini. Dan harus diketahui, kami tidak menggunakan dana desa atau pemerintah. Saya cukup dihargai, dan saya mengalami itu semua, bagaimana meninggalkan keluarga dan dipenjara dengan status teroris," imbuhnya.
Arif menyebut, buku yang ditulisnya mengisahkan pengalaman saat ditangkap hingga keluar dari penjara.
"Rata-rata memang para napiter ini terpengaruh karena melihat umat islam tertindas. Tantangan dari media sosial penyebaran ideologi sangat mudah. Kalau masyarakat itu pinter, maka ideologi tidak akan laku," ujarnya.
![Arif Budi Setyawan (kiri) mantan napi teroris (napiter) saat berada di Kota Semarang. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/23/98800-napiter-arif-budi-setyawan.jpg)
Densus 88/AT Mendukung
Baca Juga:BNPT Dalami Peringatan dari Jepang soal Ancaman Teror di Asia Tenggara
Sementara itu Kanid Idensos Densus 88/AT Satgaswil Jateng, AKBP Bambang Prastiyanto menyatakan mendukung upaya para napiter memberikan sosialisasi mengajak kembali NKRI.
Ia pun menyebut, terus melakukan pendekatan dengan para napiter. Bahkan, ia juga menjemput langsung para napiter yang sudah bebas.
"Memang sangat bisa terjadi para napiter kembali ke komunitasnya. Banyak rekan-rekan yang sudah keluar juga punya ideologi yang keras. Mengubah ideologi para napiter ini memang butuh strategi. seperti dari eks napiter, mereka akan lebih percaya. Namun jika orang umum maka mereka tidak percaya," ujarnya.
Sementara itu Machmudi Hariono eks napiter kasus Bom Sri Rejeki Semarang, dan juga Ketua Yayasan Persadani dan fasilitator reintegrasi di Jateng menyebut memberikan pemahaman NKRI kepada napiter tidak mudah.
"Semoga dengan buku ini kami bisa memberikan sosialisasi eks napiter. saat bebas akan merintis usaha, merancang hidup sejak dari penjara.
Baca Juga:Kotak Amal jadi Sumber Dana, BNPT: Salah Bederma Sama dengan Mendukung Aksi Terorisme
Tidak hanya napiter laki-laki, kami juga mendampingi para napiter wanita yang dihukum karena kasus terorisme," ujarnya.