Ia pun menyebut, terus melakukan pendekatan dengan para napiter. Bahkan, ia juga menjemput langsung para napiter yang sudah bebas.
"Memang sangat bisa terjadi para napiter kembali ke komunitasnya. Banyak rekan-rekan yang sudah keluar juga punya ideologi yang keras. Mengubah ideologi para napiter ini memang butuh strategi. seperti dari eks napiter, mereka akan lebih percaya. Namun jika orang umum maka mereka tidak percaya," ujarnya.
Sementara itu Machmudi Hariono eks napiter kasus Bom Sri Rejeki Semarang, dan juga Ketua Yayasan Persadani dan fasilitator reintegrasi di Jateng menyebut memberikan pemahaman NKRI kepada napiter tidak mudah.
"Semoga dengan buku ini kami bisa memberikan sosialisasi eks napiter. saat bebas akan merintis usaha, merancang hidup sejak dari penjara.
Baca Juga:BNPT Dalami Peringatan dari Jepang soal Ancaman Teror di Asia Tenggara
Tidak hanya napiter laki-laki, kami juga mendampingi para napiter wanita yang dihukum karena kasus terorisme," ujarnya.
Hingga pertengahan tahun ini, ada 53 teroris ditangkap di Indonesia, di antara mereka ada yang berstatus residivis.
Sementara, dari tahun 2002 sampai 2020 dari sekira 825 napiter terdapat 94 napiter yang kembali melakukan serangan (Institute for Policy Analysis of Conflict).
Data Idensos Densus 88/AT Satgaswil Jawa Tengah di Jawa Tengah sendiri, hingga 3 September 2021 ada 188 napiter telah bebas dan 189 orang masih dalam tahanan (162 di Nusakambangan dan 27 di luar Nusakambangan, tersebar di 17 Lapas).
Baca Juga:Kotak Amal jadi Sumber Dana, BNPT: Salah Bederma Sama dengan Mendukung Aksi Terorisme