SuaraJawaTengah.id - Selepas adzan dzuhur kami bertemu dengan komunitas yang banyak meluangkan waktunya untuk mengurusi sampah di Semarang. Nama komunitas tersebut adalah "Bank Sampah Resik Becik".
Bank Sampah Resik Becik didirikan pada 15 Januari 2012 silam. Tujuan didirikan bank sampah tersebut salah satu upaya mengurangi tumpukan sampah di lingkungan sekitar.
Sampah yang mereka dapatkan dijadikan suatu kreasi dalam bentuk yang bermacam-macam mulai dari tas, dompet, masker, topi dan beberapa kreasi yang lain.
Bentuk produk kreasi Bank Sampah Resik Becik telah mencapai sekitar 50 jenis. Bahkan, tiap bulan selalu ada variasi produk baru.
Baca Juga:Mesin Pengubah Sampah Plastik Menjadi BBM
Hal itu bisa dilihat di kantor Bank Sampah Resik Becik yang berada di Jl. Cokrokembang No.11, Krobokan, Kec. Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Pendiri Bank Sampah Resik Becik, Ika Yudha mengaku sempat kuwalahan saat awal pandemi. Banyak produk-produk yang mulai lesu. Bahkan, dia juga pernah membuat masker dari bahan bekas namun tetap saja lesu.
"Sedih rasanya, soalnya bank sampah lain juga banyak yang gulung tikar," jelasnya sambil memperlihatkan masker yang dia jual saat pandemi, Rabu (17/11/2021).
Menurutnya, usahanya membuat masker kurang laku lantaran sudah banyak orang yang menjual masker. Tak mau menyerah begitu saja, dia mencoba mengikuti program Jogo Tonggo yang bekerja sama dengan Gerakan Senang Sedekah (GSS).
Dia menambahkan, bentuk kerja samanya tidak jauh dari tukar-menukar sampah. Dengan mengumpulkan sampah, warga bisa memperoleh paket berisi sembako. Menurutnya, di lingkungan sekitar masih banyak sampah.
Baca Juga:Tumpukan Sampah Kali Prancis Diduga Akibat Banjir Rob, DLH Tangerang Angkut 70 Ton Sampah
"Sampaah ditukar sembakau, saya kira itu cukup membantu. Hanya dengan sampah waarga bisa mendapatkan sembkau," paparnya.
Pada satu sisi, gerakan ini membantu meringankan beban warga. Sisi lainnya, mereka juga mampu mengurangi tumpukan sampah warga. Jadi, lanjutnya, program tersebut tak hanya soal lingkungan namun juga kemanusiaan.
"Mendapatkan paket sembako ini nggak sulit, kok, mengingat sampah masih banyak berserak di sekeliling kita," katanya meyakinkan.
Selain program jogo tonggo menukarkan sampah dengan sembakau, dia juga mempunyai program lain yaitu menukarkan minyak jelantah dengan emas.
Awalnya, dia sempat resah karena melihat banyak minyak jelantah yang dibuang ke sungai. Menurutnya, hal itu akan berdampak pada pencemaran sungai yang tadinya bersih jadi kotor.
"Akhirnya saya punya solsi untuk menukakan minyak jelantah bekas dengan uang," paparnya.
Usaha tersebut ternyata tak berjalan lancar. Tak banyak warga yang tertarik dengan program tersebut. Akhirnya dia memodifikasi program tersebut, yang awalya ditukar uang kini bisa ditukar emas.
Dari situ, mulai banyak warga yang antusias mengingat yang bergelut dengan minyak jelantah adalah ibu rumah tangga. Menurutnya, kebanyakan wanita lebih tertarik dengan penukaran emas.
Untuk penukaran minyak jelantah dengan emas, dia kerja sama dengan salah satu distributor emas legal di Indonesia Eoa Gold.
"Kalau ditukar uang kan sudah biasa ya, kini saya tukar dengan emas. Dan banyak ibuk-ibuk yang tertarik juga ternyata," ucapnya.
Dengan mengumpulkan jelantah sebanyak lima botol berukuran 1,5 liter, Ika mengatakan, masyarakat sekitar bisa mendapatkan emas seberat 0,02 gram. Mayoritas, warga yang didominasi ibuk-ibuk itu antusias dengan inovasi tersebut.
“Kemarin sudah coba bicara sama warga terkait program ini, ibu-ibu langsung tertarik," ucapnya.
Salah satu pengunjung asal Demak, Wulandari Yunika mengaku senang dengan produk-produk yang dibuat oleh komunitas Bank Sampah Resik Becik. Menurutnya, banyak produk yang bagus.
"Bagus-bagus di sini, saya paling tertarik denga tas yang terbuat dari sampah plastik," bebernya sambil mencoba salah satu tas buatan Bank Sampah Resik Becik.
Bahkan, dia juga mengaku ingin menjual minyak jelentah miliknya ke Bank Sampah Resik Becik. Menurutnya, program sampah ditukar dengan emas merupakan hal yang luar biasa.
"Saya tertarik dengan program minyak jelantah dengan emas itu," imbuhnya.
Kontributor : Dafi Yusuf