Buruh Jateng dapat Pelecehan Seksual di Pabrik, Dipaksa Melayani Atasan Agar Tetap Kerja

Buruh di Jateng melaporkan mendapatkan pelecehan seksual di pabrik, ia dipaksa melayani atasannya agar tetap bisa kerja

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 14 Desember 2021 | 13:23 WIB
Buruh Jateng dapat Pelecehan Seksual di Pabrik, Dipaksa Melayani Atasan Agar Tetap Kerja
Ilustrasi pelecehan seksual di tempat kerja atau oleh rekan kerja. Buruh di Jateng melaporkan mendapatkan pelecehan seksual di pabrik, ia dipaksa melayani atasannya agar tetap bisa kerja. [Suara.com/Rochmat]

SuaraJawaTengah.id - Pandemi membuat buruh kalangkabut, tak sedikit dari mereka yang terkena badai PHK hingga potongan jam kerja. Hal itu berdampak kepada pemasukan buruh Jateng yang harus mencukupi kebutuhan keluarga.

Kini muncul permasalahan baru, soal indikasi di komplek industri yang sering terjadi aksi perselingkuhan dan praktik prostitusi terselubung atau yang juga dikenal dengan istilah open BO terutama di pabrik garmen dan tekstil.

Selain itu, tak sedikit mandor atau pegawai yang memiliki jabatan lebih tinggi, memaksa karyawan, terutama karyawan baru untuk melakukan perbuatan layaknya suami istri. Atasan menggunakan relasi kuasanya untuk memenuhi hasrat dan nafsu mereka.

Hal itu turut mempengruhi angka buruh yang terinveksi HIV/AIDS di kawasan pabrik. Berdasarkan laporan yang diterima Ikatan Perempuan Positif (IPI) Jawa Tengah sudah ada 6 buruh yang mengadu di wilayah Jateng.

Baca Juga:Pertukaran Mahasiswa Untirta Berujung Pelecehan Seksual Oleh Satpam UNM, Korban Trauma

Nurul Safa’atun, Sekertaris IPI Jawa Tengah mengatakan, kebanyakan buruh di garmen dan tekstil yang didominasi seorang perempuan kini menjadi kepala keluarga meski mempunyaai suami. Karena desakan ekonomi saat pandemi, banyak buruh yang mencari uang tambahan salah satunya dengan berhubungan badan dengan atasan.

"Kalau yang di Semarang seperti itu. Kalau yang di Jepara itu kala mau naik pegawai tetap embel-embelnya ada yang harus berhubungan dengan atasan. Namun perlu penelusuran lebih lanjut," jelasnya kepada suarajawatengah.id beberapa waktu yang lalu.

Dari hubungan tersebut, lanjut Nurul, tak jarang pula yang berlanjut dalam waktu lama. Bahkan, karyawan magang itu bisa menjadi simpanan atasan.

Selain itu, Nurul juga menemukan fakta bahwa penularan HIV/AIDS bisa lewat cinta lokasi antar karyawan. Bahkan, penularan tersebut juga bermula dari adanya cinta lokasi karyawan yang sesama jenis.

Hingga saat ini, Nurul sudah mendampingi enam ODHA. Rata-rata mereka masih remaja di usia 20 atau 21 tahun. Beberapa di antara ada yang gay.

Baca Juga:Banyak Kasus Pelecehan, Nova Eliza Gelisah RUU PKS Belum Disahkan

Untuk itu, Nurul meminta agar Dinas Kesehatan Jateng melakukan tes atau Voluntary Counseling and Testing (VCT) besar-besaran di perusahaan untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini