Keren! Maestro Keroncong Waljinah Rilis Film Pendek Dokumenter Irama Batik Ratu Kembang Katjang

Film pendek garapan CV Mawar Magenta sebagai induk dari Maleopict Production House ini mengambil setting Kota Solo.

Ronald Seger Prabowo
Kamis, 31 Maret 2022 | 22:37 WIB
Keren! Maestro Keroncong Waljinah Rilis Film Pendek Dokumenter Irama Batik Ratu Kembang Katjang
Maestro keroncong kebanggaan tanah air, Waljinah difilmkan dengan judul “Irama Batik Ratu Kembang Katjang“. [ist]

SuaraJawaTengah.id - Maestro keroncong kebanggaan tanah air, Waljinah difilmkan dengan judul “Irama Batik Ratu Kembang Katjang“.

Film pendek garapan CV Mawar Magenta sebagai induk dari Maleopict Production House ini mengambil setting Kota Solo dengan setiap sudutnya yang memberikan rasa hangat sebagai rumah.

Film tribute to Maestro Keroncong Waldjinah, resmi dirilis bertepatan dengan ulang tahun ketujuh dari CV Mawar Magenta di Galeri Batik Walang Kekek yang beralamat di Jalan Parang Cantel No 31 Mangkuyudan, Kota Solo.

“Saya sangat senang, bisa berkarya seperti ini,” ungkap Waljinah dalam rilis yang diterima Suara.com, Kamis (31/3/2022).

Baca Juga:Mother Dearest: Kisah Perjalanan Anak Adopsi Menemukan Ibu Kandungnya

Film yang mendapat dukungan dari Bank BNI ini, mengangkat citra Waldjinah yang selalu mengenakan kain batik (jarik) dan kebaya sejak berkarir di dunia seni musik keroncong. Meski zaman terus berubah Waldjinah dan kebayanya masih tetap sama.

Berkarir sejak usia 12 tahun, pada tahun 1958 Waldjinah memberanikan diri mengikuti kontes Bintang Radio RRI. Sejak dari itu Waldjinah memakai kain batik. Dan masih tersimpan rapi hingga sekarang meskipun sudah ada bagian yang robek karena termakan usia.

Motif Kembang Kacang menjadi motif favorit Waldjinah. Pada kejuaraan menyanyi pertama yang diikuti oleh Waldjinah ini ia menjadi juara pertama dan mendapat julukan sebagai Ratu Kembang Kacang.

Nama Batik Kembang Kacang sebagai penanda awal karirnya menuju penyanyi keroncong profesional.

Ada kisah menarik dibalik batik kembang kacang ini. Berasal dari keluarga pembatik, saat mengikuti festival kejuaraan Bintang Radio tersebut, Waldjinah diberi kain batik motif sandang pangan oleh saudaranya. Batik tersebut dibuat oleh keluarga jauh sebelum Waldjinah mengikuti kejuaraan.

Baca Juga:Menyaksikan Hebatnya Bahasa Perasaan lewat Film Dokumenter Mother Dearest

Kain batik ini berusia hampir 100 tahun ini memiliki kisah yang begitu dalam bagi Sang Maestro Keroncong. Hingga saat ini, Waldjinah masih menyimpan pola-pola batik peninggalan dari ibunya, mbakyu-nya (kakak perempuan) dan kang mas nya (kakak laki-laki).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini