Batu Telapak Buddha di Tepi Kali Elo,Tempat Perenungan Tradisi Fang Shen, Ini Kisahnya

Batu telapak Buddha di tepi Kali Elo ini adalah replika dari pahatan telapak Buddha yang terdapat di Vihara Sangha Theravada Indonesia (STI) Mendut

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 15 Mei 2022 | 13:44 WIB
Batu Telapak Buddha di Tepi Kali Elo,Tempat Perenungan Tradisi Fang Shen, Ini Kisahnya
Batu telapak Buddha di tepi Kali Elo yang sering dijadikan lokasi umat Buddha melakukan fang shen. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi].

SuaraJawaTengah.id - Tidak jauh dari hiruk pikuk perayaan Waisak Nasional 2566 BE-2022 di Candi Mendut, Magelang, terdapat lokasi menarik: batu telapak Buddha.

Letaknya yang terpencil di tepi Kali Elo, membuat tempat ini lumayan sulit ditemukan. Setelah tanya sana sini ke beberapa warga, baru lokasi batu telapak Buddha ditemukan.

“Warga yang tahu cuma orang-orang tertentu kalau disitu ada batu telapak Buddha,” kata Kepala Lingkungan Mendut II, Kelurahan Mendut, Mahmudin. Minggu (15/5/2022).

Menurut Mahmudin, batu telapak Buddha bukan benda peninggalan purbakala. Batu itu dipahat oleh seniman pematung yang turut membangun Vihara Sangha Theravada Indonesia (STI) Mendut sekitar tahun 1980-an.

Baca Juga:30 Ucapan Hari Raya Waisak 2022 yang Menyentuh dan Penuh Makna

“Maksudnya dibikin (batu telapak Budhha) itu juga warga nggak tahu. Mungkin untuk kenang-kenangan kalau pernah kerja disini,” ujar Mahmudin.

Mahmudin kemudian meminta salah seorang warga, Sugiyat untuk mengantar SuaraJawaTengah.id ke lokasi batu telapak Buddha.

Menurut Sugiyat, batu telapak Buddha dibuat bukan tanpa alasan. Hingga saat ini lokasi itu sering digunakan umat Buddha untuk membuang sebel.

“Istilahnya buang sebel. Ada pakaian, bunga-bunga, terus ditaruh (dibuang) di tengah kali. Orang-orang Buddha yang datang ke vihara ini,” ujar Sugiyat.

Seiring berjalannya waktu, sekarang yang dibuang ke Kali Elo bukan lagi pakaian atau bunga melainkan bibit ikan. “Dulu ada dermaga batu tempat menebar ikan. Sekarang sudah keli (hanyut) terbawa banjir.”

Baca Juga:Libur Panjang Waisak, Jumlah Penumpang di Bandara Soetta Meningkat

Proses membuang sebal yang disebut Sugiyat adalah tradisi fang shen. Pada kesempatan tertentu umat Buddha biasanya melakukan fang shen dengan melepas hewan ke alam bebas.

Mereka yang akan melakukan fang shen biasanya membeli ikan, burung, atau hewan lainnya. Biasanya dipilih hewan-hewan yang siap dijagal.

Fang shen mengajarkan soal kasih sayang dan rasa hormat kepada semua makhluk. “Melepas ikan di Kali Elo kan setiap setahun sekali. Nggak pasti. Kadang setahun sekali tapi bisa juga setahun dua kali.”

Batu telapak Buddha di tepi Kali Elo ini adalah replika dari pahatan telapak Buddha yang terdapat di Vihara Sangha Theravada Indonesia (STI) Mendut. Bedanya telapak Buddha di Vihara Sangha Theravada terbuat dari logam.

Batu telapak Buddha berukuran panjang sekitar 1 meter dengan lebar 20 centimeter. Pada tengah telapak terdapat pahatan Dharmacakra atau simbol perputaran ajaran Sang Buddha.

Sayang saat SuaraJawaTengah mendatangi lokasi, debit air Kali Elo sedang tinggi. Sungai meluap sehingga kami tidak bisa mendekat untuk melihat lebih jelas bentuk detil pahatan batu telapak Buddha.

Candi Mendut merupakan tempat prosesi awal puncak perayaan Waisak di Candi Borobudur. Di candi yang dulu berdiri di hutan bambu ini, api abadi dari Mrapen dan air suci dari Umbul Jumprit disemayamkan.

Besok, api Mrapen dan air dari Umbul Jumprit akan diarak menuju Candi Borobudur. Di Candi agung itu akan gelar prosesi ibadah menjelang detik-detik Waisak.

Perayaan Waisak adalah hari raya umat Buddha, memperingati kelahiran Siddharta Gautama (Sang Buddha). Setiap tahun Candi Borobudur dijadikan pusat perayaan Waisak, kecuali saat pandemi selama 2 tahun terakhir.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini