Alarm Bahaya Air Laut Selatan Jawa Tengah, Tahun Ini Siklus Penyu Bertelur Berubah

Kondisi air laut yang ada di selatan pulau jawa bagian tengah rupanya mempengaruhi tingkah laku penyu pada tahun ini

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 31 Mei 2022 | 06:13 WIB
Alarm Bahaya Air Laut Selatan Jawa Tengah, Tahun Ini Siklus Penyu Bertelur Berubah
Sampah yang didominasi plastik berceceran di sepanjang Pantai Wagir Indah, Desa Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Senin (30/5/2022). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Meski nampak baik-baik saja, kondisi air laut yang ada di selatan pulau jawa bagian tengah rupanya mempengaruhi tingkah laku penyu pada tahun ini.

Perubahan ini tentunya menjadi alarm bahaya kondisi air laut ditandai dengan ditemukannya bangkai penyu jenis lekang yang ditemukan mati dengan kondisi mulut tersumpal sampah plastik di Pantai Wagir Indah, Desa Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Senin (30/5/2022) pagi.

Sudah sejak awal Bulan April lalu, Jumawan, Ketua Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap berpatroli hampir setiap pagi buta sebelum matahari terbit. Ia mengira akan banyak hewan penyu yang mulai mendarat ke pantai untuk bertelur.

Namun, ia tak juga menjumpai para penyu tersebut. Padahal di daerah lain, sudah banyak laporan mengenai proses pendaratan penyu untuk bertelur. Kondisi di Kabupaten Cilacap pada tahun ini berbeda.

Baca Juga:Air Laut Naik Hingga Dada Orang Dewasa di Kawasan Industri Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Ribuan Pekerja Berlarian

"Biasanya penyu itu bertelur di Pantai Sodong, di Bulan April, mereka sudah mulai ada pendaratan. Tetapi karena ada kejadian seperti adanya pencemaran Sungai Serayu (beberapa waktu lalu) yang memang banyak sekali ikan-ikan mati menandakan sungainya tercemar sampai terbawa ke pantai di Cilacap," katanya saat ditemui di Pantai Wagir Indah, Cilacap, Senin (30/5/2022).

Sungai Serayu yang memiliki panjang 181 km sendiri bermuara di wilayah Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Lokasi muara tidak jauh dari Pantai Sodong yang biasa untuk pendaratan penyu pada Bulan April tiap tahunnya.

Pada akhir Bulan Maret, kondisi air Sungai Serayu keruh bercampur lumpur. Ribuan ikan pun terdampar dan lemas. Banyak diantaranya yang merupakan endemik Sungai Serayu. Setelah ditelusuri ternyata penyebab keruhnya sungai karena proses flushing yang dilakukan PT Indonesia Power Mrica Banjarnegara.

Tak cukup sampai disitu, ternyata kondisi ini juga turut berpengaruh pada kehidupan penyu yang berada di lautan. Menurut Jumawan, penyu hanya akan bertelur di tempat yang masih bersih dan belum tercemar.

"Sehingga ini berpengaruh terhadap pelestarian pendaratan penyu. Ada keterlambatan penyu untuk bertelur. Karena penyu hanya akan bertelur di pantai-pantai yang kondisinya masih hijau dan bersih. Mundurnya itu satu bulan," jelasnya.

Baca Juga:Wisatawan Tetap Ramaikan Pantai Munggu Meski Gelombang Air Laut Sedang Tinggi

Jumawan memperkirakan dugaan kuat mundurnya pendaratan penyu untuk bertelur karena tercemarnya Sungai Serayu pada Bulan April. Tak hanya waktunya mundur, penyu tersebut juga memilih pindah lokasi bertelur ke arah timur mencari lokasi yang lebih bersih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak