Usai Minyak Goreng, Pelaku UMKM Kembali Dibuat Pusing, Harga Telur Ayam di Banyumas Meroket

Setelah minyak goreng langka dan harganya meroket, kini giliran telur ayam yang juga ikut-ikutan naik

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 03 Juni 2022 | 15:28 WIB
Usai Minyak Goreng, Pelaku UMKM Kembali Dibuat Pusing, Harga Telur Ayam di Banyumas Meroket
Pedagang telur ayam melayani pembeli di Pasar Wage Purwokerto, Jumat (3/6/2022). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Setelah minyak goreng langka dan harganya meroket, kini giliran telur yang juga ikut-ikutan naik. Sudah semingguan lebih, para ibu rumah tangga di Purwokerto dipusingkan dengan kenaikan harga telur ayam secara perlahan.

Namun kenyataan terpelik yang paling berpengaruh dengan kenaikan harga telur ini adalah pengusaha UMKM kue. Carissa (30) owner Gobake.id, pengusaha kue dan dessert yang masih merintis harus mengatur strategi khusus agar dagangannya bisa bertahan.

Ia tak menyangka jika bahan baku telur ayam juga ikutan naik. Ia mengaku dalam seminggu belanja telur minimal satu keranjang atau setara dengan 10 kilogram.

"Harganya sekarang Rp 270 ribu per 10 kilogram. Lagi tinggi banget. Padahal sebelum ini paling ya Rp 240 ribu," katanya kepada Suara.com, Jumat (3/6/2022).

Baca Juga:Kepala Pasar Jelaskan Penyebab Harga Telur di Cianjur Naik, Tembus Rp 30.000 per Kilogram

Kenaikan harga ini tentu saja berpengaruh pada keuntungan yang didapat. Dia harus mengatur strategi supaya bisa menutup ongkos produksi dan membayar gaji karyawannya.

"Jadi sekarang paling keuntungannya cuma 15 persen. Saya memang memperhitungkan harga tertinggi telur. Karena fluktuatif banget. Biasanya keuntungan itu kisaran 50-70 persen," terangnya.

Ia merasakan betul kian berat menjalani usaha di bidang ini, karena setelah harga minyak goreng naik semua kebutuhan pokok bahan baku ikutan naik. Bahkan jauh sebelum harga telur ayam ini naik.

"Saya kan subsidi silang ya sistem jualannya. Ada yang keuntungannya oke kaya lapis legit karena juga bayar waktu dan sabar. Manggangnya saja makan waktu 3 jam. Ada juga yang untungnya seiprit kaya dessert box. Yang worth buat mahal ya mahal, yang patut murah ya untungnya sedikit," jelasnya.

Usaha yang dirintis sejak 2014 ini sudah mengalami fase naik turun hingga bertahan sampai saat ini. Karena jauh sebelum harga bahan pokok naik dia sudah memperhitungkan segala kemungkinan. Namun ketika semua bahan pokok naik ia terpaksa menaikkan harga produk agar kualitas tetap terjaga.

Baca Juga:Harga Telur Ayam di DIY Melebihi HET, Segini Harganya di Pasar Beringharjo

"Saya kejedoran pas PPN naik 11 persen. Itu kan naik pas ramadhan ya. Saya sudah launching harga dan ga menyangka akan ada kenaikan lagi setelah bahan-bahan terus naik sejak minyak goreng mahal. Sedangkan bahan-bahanku rata-rata import," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini