Geger Pelecehan Seksual di Kereta Api, Begini Cerita Kondektur Asal Daop 5 Purwokerto yang Menangani Kasus Ini

PT KAI tengah gencar sosialisasi dukungan melawan kekerasan dan pelecehan seksual di atas kereta api.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 29 Juni 2022 | 15:10 WIB
Geger Pelecehan Seksual di Kereta Api, Begini Cerita Kondektur Asal Daop 5 Purwokerto yang Menangani Kasus Ini
Petugas membentangkan poster berisikan imbauan melawan kekerasan dan pelecehan seksual di Stasiun Purwokerto, Rabu (29/6/2022). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Belakangan ini, jagad media sosial tengah diramaikan potongan video kasus pelecehan seksual yang menimpa seorang perempuan saat menaiki kereta api eksekutif Argolawu relasi Stasiun Solo Balapan-Gambir. Banyak yang mengecam dan memberikan dukungan kepada korban.

Hingga akhirnya PT KAI memblacklist pelaku untuk tidak melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi kereta api. Kasus tersebut menyedot perhatian publik.

Bahkan saat ini PT KAI tengah gencar sosialisasi dukungan melawan kekerasan dan pelecehan seksual di atas kereta api.

Saat ditemui, kondektur asal Daop 5 Purwokerto yang menangani kasus tersebut, Wisnu Dwi Prasetya membeberkan kronologi hingga akhirnya korban pelecehan seksual ini dipindahkan tempat duduknya.

Baca Juga:Pelecehan Seksual Mengintai Anak, Ini Kiat Memulai Edukasi Pada Si Buah Hati

"Jadi waktu itu korban lapor ke saya pukul 12.50 WIB saat akan memasuki Stasiun Cirebon. Karena sudah mepet stasiun jadi saya harus ngurus manivest yang naik dan turun di Cirebon. Kebetulan saat itu kursinya masih penuh. Baru ada yang kosong selepas dari Cirebon di gerbong Eksekutif 6 nomor 8B, kemudian korban langsung menjauhi pelaku untuk pindah," katanya saat ditemui disela acara sosialisasi melawan kekerasan dan pelecehan seksual di Stasiun Purwokerto, Rabu (29/6/2022).

Wisnu sewaktu itu belum mengetahui persis penyebab korban ingin pindah tempat duduk. Karena setelah korban pindah tempat duduk, tidak ada lagi obrolan antara dirinya dengan korban.

"Korban hanya ingin pindah tempat duduk saja. Saya tidak tahu persis terjadi pelecehan seksual. Saya tahunya setelah viral sewaktu magrib pas sampai Stasiun Gambir dikasih tahu teman saya," terangnya.

Salah satu calon penumpang tujuan Pekalongan, Sefira (20) mengaku sempat khawatir dengan banyaknya tindak pelecehan seksual yang terjadi di transportasi umum. Meski begitu dia tidak ingin kejadian serupa menimpa dirinya.

"Kalau saya sendiri sih belum pernah ya (pelecehan seksual), tapi semoga jangan ya. Awal-awal khawatir tapi sekarang merasan aman dan nyaman dengan adanya petugas yang sigap di atas kereta api," jelasnya.

Baca Juga:Naik Kereta Api Dari Polandia, Jokowi Harus Tempuh Perjalanan 12 Jam ke Ukraina

Ia menyarankan agar jika terjadi tindakan pelecehan seksual, korban tidak takut untuk speak up. Serta jika ada yang mencurigakan agar menjauh menghindar supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Sementara itu VP Daop 5 Purwokerto, Daniel Johannes Hutabarat menjelaskan adanya kampanye tersebut bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar tidak melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual di transportasi umum, khususnya kereta api.

"Kampanye ini penting untuk mengajak kepada masyarakat supaya ketika menggunakan layanan KAI tetap saling menghargai dan menghormati sesama pelanggan. Sehingga dapat terwujud transportasi kereta api yang aman dan nyaman bagi seluruh pelanggan," katanya.

Ia mengimbau kepada para penumpang untuk lebih waspada. Karena kejadian pelecehan seksual tidak memandang kelas kereta api.

"Kebetulan kemarin Argolawu ya. Jadi ternyata pelecehan seksual tidak melihat kelas. Jadi memang kita harus selalu waspada saling menghormati dan menghargai," tutupnya.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini