Hari-hari Ini Menjadi Penderitaan Bagi Kebanyakan Petani Tomat di Magetan

Mereka rugi karena hasil penjualan tomat tak sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan, misalnya untuk biaya perawatan, pupuk, pestisida, dan tenaga.

Siswanto
Minggu, 25 September 2022 | 15:16 WIB
Hari-hari Ini Menjadi Penderitaan Bagi Kebanyakan Petani Tomat di Magetan
Ilustrasi tomat (Freepik)

SuaraJawaTengah.id - Hari-hari ini menjadi penderitaan bagi kebanyakan petani tomat di Magetan.

Betapa tidak menderita, hasil panen mereka melimpah ruah, tetapi harga tomat menurun sehingga para petani rugi besar.

Laporan Beritajatim menyebutkan harga tomat di kota itu sekarang hanya Rp1.000 per kilogram di tingkat petani.

Seorang petani tomat bernama Suharjito mengatakan keadaan sekarang benar-benar menjadi beban bagi dia juga petani-petani lainnya.

Baca Juga:Nggak Bikin Gendut! Ampuh Atasi Rasa Lapar, Coba 8 Jenis Makanan Ringan Ini

Mereka rugi karena hasil penjualan tomat tak sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan, misalnya untuk biaya perawatan, pupuk, pestisida, dan tenaga.

Suharjito memiliki lahan yang dia tanami tomat sekitar 0,25 hektare. Hasil penjualan panen belakangan ini, dia hanya mendapatkan sekitar Rp 3 juta atau setara dengan tiga ton tomat.

Padahal, petani di Desa Sumberagung, Plaosan itu telah mengeluarkan biaya produksi sampai Rp 6 juta.

“Panennya kan sekitar 7 kali. Dapatnya beda-beda. Tapi ya harganya tetap Rp1.000 per kilogram. Dari biasanya bisa mencapai Rp5.000. Kami rugi banyak terutama untuk biaya beli pupuk dan pestisida. Harga pupuk mahal, subsidi dapat jatah sedikit,” kata Suharjito.

Suharjito menduga penurunan harga tomat dipengaruhi banyaknya pasokan tomat dari luar daerah ke Magetan. Alhasil, harga tomat lokal turun drastis.

Baca Juga:Setelah DPRD, Petani Jember Juga Bagikan 1 Kwintal Tomat Gratis di Depan Kantor Pemkab

Dia dan petani-petani yang lain berharap kepada pemerintah untuk mengatur harga tomat.

“Ya kami petani tomat, total ada 20 orang di Sumberagung mengharap segera ada campur tangan pemerintah. Utamanya bagi kami soal pupuk yang mahal dan kalaupun subsidi pasti hanya dapat sedikit,” kata dia.

Meskipun hasil penjualan sedikit, dia tetap memetik tomat dan menjualnya agar tak rugi banyak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini