SuaraJawaTengah.id - Presiden Madura United (MU) Achasanul Qosasi turut angkat suara terhadap tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Seperti diketahui buntut kerincuhan laga Arema FC melawan Persebaya menewaskan 125 orang, pada Sabtu (1/10/2022).
Tragedi Kanjuruhan itu pun mendadak jadi sorotan media asing hingga klub-klub di seluruh dunia.
Melalui akun twitternya, Achasanul Qosasi meminta PSSI menghentikan seluruh laga Liga 1 sampai ada keputusan dari FIFA.
Baca Juga:Kompetisi Bola Selain Liga 1 Indonesia Masih Berjalan Pasca Tragedi Kanjuruhan
Ia juga meminta seluruh jajaran pengurus PSSI untuk mundur dari jabatannya. Lantaran korban jiwa atas tragedi Kanjuruhan menewaskan ratusan orang.
"Mungkin ada yang tak sependapat dengam saya, tapi inilah sikap saya sebagi (Presiden) klub Madura United atas Tragedi di Kanjuruhan," buka Achasanul Qosasi dikutip pada Senin (3/10/2022).
"PSSI wajib bertanggung jawab, dan semua pengurusnya harus mundur sebagai respect terhadap korban dan keluarganya," sambungnya.
Ia meminta PSSI untuk melibatkan Kemenpora, FIFA dan penegak hukum untuk menginvestigasi tragedi Kanjuruhan.
"angan melokalisir kesalahan di Malang, bahwa yang salah seolah yang mengurus pertandingan di Malang. Ini keputusan federasi nasional, di bawah kendali federasi, tragedi dunia sepak bola," tegasnya.
Baca Juga:Ini 4 Sanksi FIFA yang Mengancam Indonesia, Pasca Tragedi Kanjuruhan
Pernyataan Presiden Madura United itu sontak saja langsung diserbu dengan berbagai komentar dari warganet.
"Supporternya di edukasi untuk tidak fanatik dengan suatu tim, dan di edukasi juga cara menjadi supporter yang bijak," kata akun @adhoy**.
"Setuju, ini adalah wajah bobrok persepakbolaan di Indonesia. Apesnya puncaknya terjadi di Malang. Semua elemen persebakbolaan di Indonesia harus instrospeksi semua, mulai dari pemain, pelatih, suporter, perangkat pertandingan, federasi, wasit semua harus berbenah," ungkap akun @Wintar**.
"Sepenuhnya setuju dengan panjenengan. Tapi yang terjadi saat ini bermunculan akun buzzer dan media besar yang menyudutkan supporter sebagai satu-satunya yg dipersalahkan. Paling mudah dan paling tidak punya power untuk melawan," resah akun @DIDIKWAHYU**.
"Ya kesalahan kolektif, semua turut menyumbang kesalahan masing-masing pada tragedi ini. Tidak ada yang paling benar dan tidak ada yang paling salah. Doa terbaik untuk mereka yg telah berpulang pada tragedi ini," timpal akun @tellin**.
Kontributor : Fitroh Nurikhsan