Sakitnya Jadi Korban Pemerkosaan dan Kehamilan Tidak Direncanakan, Hingga Sulitnya Akses Aborsi Aman

Kehamilan tidak direncanakan menjadi situasi yang sulit bagi perempuan, apalagi korban kejahatan seperti pemerkosaan atau di luar pernikahan

Budi Arista Romadhoni
Senin, 14 November 2022 | 11:22 WIB
Sakitnya Jadi Korban Pemerkosaan dan Kehamilan Tidak Direncanakan, Hingga Sulitnya Akses Aborsi Aman
Rosalia tengah memberikan afirmasi positif terhadap anak asuhnya Griya Welas Asih, Semarang, Senin, (24/10/22). [Suara.com/Aninda Putri]

Melihat hasil tes tersebut, terbesit keinginan untuk meneruskan kehamilannya dan merawat janin yang ada di rahimnya.

Tapi, karena status dan pasangannya belum memiliki pekerjaan tetap, Dita dan pasangannya kembali memutuskan untuk melakukan aborsi mandiri untuk kedua kalinya.

Berbagai upaya untuk mendapatkan uang dilakukan Dita dan pasangannya untuk membeli pil aborsi. Usai uang terkumpul, Dita kembali membeli pil aborsi lewat pasar online.

"Yang kedua juga Rp1,5 juta jadi total Rp 3 juta untuk dua paket. Setelah aku konsumsi, badanku kembali demam dan pendarahan parah di vagina selama sepekan. Namun setelah itu keluar gumpalan daging dari vagina, aku juga kejang-kejang saat gumpalan itu keluar," paparnya.

Baca Juga:Sidang Kasus Aborsi 7 Janin di Makassar, Saksi Ketakutan Lihat Terdakwa Pria

Setelah melewati fase pemulihan mental, pada awal 2022 Dita memberanikan diri untuk melakukan pemeriksaan alat reproduksinya ke tim medis.

"Aku ngerasa beruntung sekali karena tidak ada gangguan kesehatan dan bisa recovery. Aku juga paham kalau melakukan aborsi mandiri penuh risiko bahkan nyawa jadi taruhan. Setelah mengalami pengalaman pahit itu aku jadi lebih paham untuk menentukan hak hidup, namun keputusan aborsi saat itu jadi jalan terbaik agar bisa meneruskan hidup dan menata masa depanku," tutur Dita.

Sediakan Ruang Aman Perempuan Alami KTD

Rosalia Amaya,Penggagas Griya Welas Asih, Rumah Aman Bagi Perempuan Korban Pemerkosaan dan Remaja dengan Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD) Senin, (24/10/22).
Rosalia Amaya,Penggagas Griya Welas Asih, Rumah Aman Bagi Perempuan Korban Pemerkosaan dan Remaja dengan Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD) Senin, (24/10/22). [Suara.com/Aninda Putri]

Melihat kondisi perempuan yang mengalami KTD dan tak tersedianya ruang aman bagi mereka, Rosalia Amaya (56) tergugah untuk mendirikan Griya Welas Asih.

Griya Welas Asih yang terletak di jalan Seteran Tengah nomor 52 Kota Semarang, merupakan rumah aman bagi perempuan korban pemerkosaan hingga KTD.

Baca Juga:Siskaeee Ungkap Alasan Pamer Alat Vital Vulgar: Balas Dendam Karena Alami Hal Pilu Ini

Bangunan Griya Welas Asih tampak seperti rumah biasa, ruang tamu tak terlalu luas dan dinding berkelir kuning menghiasi rumah aman bagi perempuan tersebut.

Lebih dekat ke ruang tamu, susunan foto sejumlah bayi ditata sedemikian rupa menyerupai pohon cemara. Foto tersebut merupakan foto bayi dari para perempuan yang mengalami KTD hingga korban perkosaan yang menjadi anak asuh di Griya Welas Asih.

Rosalia Amaya yang akrab disapa Mamah Rosa, menuturkan arti dari Griya Welas Asih yakni, membantu penuh dengan cinta kasih tanpa membedakan.

Ia juga menuturkan Griya Welasa Asih didirikan untuk menolong para perempuan yang mengalami KTD tanpa membedakan.

Mamah Rosa menghela nafas panjang, matanya tampak berkaca-kaca kala menceritakan kisahnya saat menolong perempuan berusia 15 tahun yang mengalami KTD.

"2018 lalu saya menerima informasi dari kerabat perempuan tersebut, perempuan itu dalam kondisi hamil dan depresi di usia sekolah," terangnya saat ditemui SuaraJawaTengah.id di Griya Welas Asih, Senin (24/10/22).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak