Singgung Soal Capres dan Cawapres, SBY: Pemimpin Tak Harus Disiapkan Secara Khusus

Susilo Bambang Yudhoyono atau disapa SBY buka suara mengenai pemimpin yang cocok saat pemilu mendatang yang digelar dua pada tahun depan

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 12 Januari 2023 | 08:23 WIB
Singgung Soal Capres dan Cawapres, SBY: Pemimpin Tak Harus Disiapkan Secara Khusus
Caption : Mantan Presiden dua periode masa jabatan 2004-2014, SBY saat membagikan pandangan untuk pemilu 2024 di RM Warunge Dewek, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Rabu (11/1/2023) malam. [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Mantan Presiden dua periode masa jabatan 2004-2014, Susilo Bambang Yudhoyono atau disapa SBY buka suara mengenai pemimpin yang cocok saat pemilu mendatang yang digelar dua pada tahun depan.

Saat kunjungan ke Purwokerto untuk mengawal tim voli LaVani miliknya, SBY menyinggung adanya pihak tertentu yang terlalu memikirkan keberlanjutan pemimpin sebelum masa jabatannya habis.

"Kalo saya, saya ini percaya bahwa akan lahir pemimpin-pemimpin baru di negeri ini. Saya gak percaya pemimpin itu harus dipersiapkan secara khusus oleh pihak-pihak tertentu," kata SBY seusai makan malam di Warunge Dewek, Kabupaten Banyumas, Rabu (11/1/2023) malam.

Menurutnya, di negara dengan menganut sistem demokrasi akan muncul sosok yang ingin menjadi pemimpin dengan sendirinya. Saat ini, SBY menyebut negara sudah terlalu jauh menyiapkan keberlanjutan pemimpin yang diinginkan oleh pihak tertentu.

Baca Juga:Minta Maaf Usai Disindir Megawati, 5 Fakta PSI Dompleng Dukungan Capres ke Kader PDIP

"Negara harus memberikan peluang dan ruang yang sama, yang adil tidak boleh negara masuk terlalu jauh sehingga menganggu fairness keadilan bagi siapapun yang akan mencalonkan," terang mantan presiden yang kesengsem dengan mendoan ini.

Sebagai seorang negarawan, ia beranggapan pemilu seharusnya milik rakyat. Dan negara tidak berhak untuk mencampuri terlalu jauh sosok yang saat ini sedang ingin berkompetisi, untuk meningkatakan kapabilitas dan elektabilitas.

"Pemilu itu milik rakyat. Yang berdaulat rakyat. Kpu sifatnya penyelanggara, jadi yang punya hajat rakyat Indonesia. Mereka punya hak memilih dan memilih," ujarnya.

"Negara kita harus memberikan kesempatan kepada siapaoun yang ingin menggunakan hak dipilih maupun memilh. Sehingga keseluruhan perangkat di negeri ini semua harus membikin pemilu berjalan jujur dan adil," lanjutnya.

SBY mencontohkan ketika dirinya berada di penghujung masa jabatan pada saat itu. Ia tidak lantas mempersulit siapapun yang ingin mencalonkan diri menjadi calon presiden.

Baca Juga:Megawati Sebut Ada Partai Dompleng Dukung Capres, Bambang Pacul: Ibu Tidak Mengkritik, Partai Lain Jangan Tersinggung

"Kalau ditanya saya misalkan, apakah dulu waktu menjelang mengakhiri masa jabatan sebagai preseden jatuh tempo terus saya harus mempersiapkan abcd? Kan tidak. ini pandangan saya, karena akan muncul dan lahir sendirinya. Biar mereka punya peluang yang sama, berkompetisi dengan baik dan aturan yang baik," tuturnya.

Ia memandang regenerasi akan terjadi dengan sendirinya. Di negara demokrasi, akan lahir secara alamiah. Tak hanya di Indonesia saja, begitu juga dengan negara lain.

"Kalo partai yang pernah saya pimpin dan gagas, kami percaya kesinambungan keberlanjutan regenarasi tentu akan berjalan. Menjadi keniscayaan dalam demokrasi. Tidak berarti yang tua tidak punya hak maju lagi. Tetapi sebaliknya, yang muda diberi keaempatan. Akhirnya yang memilih rakyat, suara rakyat adalah suara tuhan. Kita terima siapapun yang akan dipilih rakyat," ungkapnya.

Terakhir ia berpesan, negara yang baik mempersilahkan rakyat jadi tuan rumah di negaranya sendiri. Mereka akan memilih siapapun yang dianggap memiliki kapabilitas dan integteitas baik serta siap mengemban tugas.

Kontributor : Anang Firmansyah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini