Kapitayan misalnya tidak meyakini adanya surga dan neraka sebagai konsep akhir dari buah keimanan seseorang di dunia.
Tuhan dalam konsep Kapitayan tidak pernah menghakimi manusia. Sebagai sang Maha Pengasih, Tuhan tidak bertugas menyiksa manusia.
Semua yang terjadi pada manusia adalah buah dari perbuatan manusia sendiri. Pahoman Sejati memiliki prinsip hidup: sopo gawe nganggo, sopo nandur ngunduh.
Merdeka Memilih Keyakinan
Baca Juga:Seringkali Diabaikan, Berikut 3 Tips Mengurangi Munculnya Perut Buncit
Para penganut Pahoman Sejati diberi kemerdekaan untuk memilih jalan hidup. Termasuk soal pilihan pindah mengikuti ajaran agama yang dianut oleh masyarakat kebanyakan.
“Kelompok kami (jumlahnya) semakin surut karena masuknya agama-agama (samawi). Tapi orang Kapitayan cenderung fair. Nggak ada istilah kalau kamu tidak melestarikan naluri leluhurmu akan jadi begini-begini.”
Total jumlah penghayat kepercayaan Pahoman Sejati saat ini hanya sekitar 70 orang. Di Dusun Wonogiri Kidul, Desa Kapuhan, jumlah mereka hanya tinggal 50 orang.
Kebanyakan penganut Pahoman Sejati pindah memeluk agama lain karena pernikahan. Tidak ada paksaan bagi penganut Kapitayan untuk mempertahankan ajaran agamanya.
“Jadi dimerdekakan hati dan pikirnya. Makanya bebas (memilih keyakinan). Jika masih memegang jati diri (ajaran) nenek moyang Pahoman Sejati itu karena pilihan. Bukan ancaman. Komitmen sebagai pegangan pribadi saja,” ujar Kikis.
Baca Juga:CEK FAKTA: Gempar Penampakan UFO Terbang di Atas Gunung Merapi, Benarkah?
Menjaga Alam Memelihara Kerukunan

Naluri menjaga kerukunan masyarakat, dipegang kuat oleh warga Pahoman Sejati. Keyakinan itu lebih besar dibanding sekadar mempertahankan jati diri keagamaan.
Hidup selaras dengan manusia dan alam bagi warga Pahoman Sejati jauh lebih utama.
“Mereka itu kan kelompok orang yang berdoa. Tidak bersinggungan dengan agama lain. Bisa saling menghargai,” kata Kepala Desa Kapuhan, Joko Winarno.
Hal yang paling kuat dirasakan Joko Winarno dari warga Pahoman Sejati adalah keyakinan mereka untuk menyatu dengan alam.
Warga Pahoman Sejati meyakini, hidup selaras dengan alam menjadi bagian dari “karma” baik yang akan menentukan kualitas kehidupan seseorang.