Tangisan Seorang Ibu, Anaknya Jadi Korban Penganiyaan di PIP Semarang, Bagian Kepala Dipukuli Berkali-kali

Seorang ibu menangis setelah mengetahui anaknya (MGG) sering dipukuli saat mengenyam pendidikan di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang.

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 15 Juni 2023 | 08:31 WIB
Tangisan Seorang Ibu, Anaknya Jadi Korban Penganiyaan di PIP Semarang, Bagian Kepala Dipukuli Berkali-kali
Ilustrasi penganiayaan (Shutterstock).

"Lalu yang kedua kepala bagian belakang korban dipukul sebanyak sepuluh kali oleh seniornya menggunakan sarung tangan tinju," lanjutnya.

Radit kemudian melanjutkan pada tanggal 2 November 2022. MGG kembali jadi korban penganiyaan. Menurutnya kejadian ketiga paling parah lantaran MGG dipukul sebanyak 40 kali dibagian perut.

"Akibatnya waktu itu korban kencing darah, hulu hatinya sakti, sampai ada luka dalam. MGG gampang sakit perut," papar Radit.

Selama dipercaya menangani kasus MGG. Radit telah melaporkan kejadian tersebut pada empat lembaga sekaligus. Diantaranya Polda Jateng, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDM) Kemenhub, Lembaga Perlindungan Korban dan Saksi (LPSK) dan Menteri Perhubungan.

Baca Juga:Pilu! Remaja di Jaksel Diduga Dianiaya dan Disekap usai Tabrakan dengan Keluarga Perwira Polisi

"Ada doktrin bahwa kekerasan disana untuk memupuk mental. Tidak boleh lapor-lapor. Kalau ada yang lapor, ada yang kena sanksi fisik, lalu dihujat dengan sebutan banci dan semacannya," katanya.

Radit juga sempat kecewa dengan janji Kepala BPSDM yang bakal memberi jaminan serta memindahkan MGG ke Sekolah Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.

Tujuan hal tersebut tidak lain untuk lebih memudahkan pengawasan orang tua. Karena kebetulan MGG berdomisili di Jakarta.

"Mereka ingkar. Bukannya menindaklanjuti janji. Malah mereka meminta korban untuk kembali ke asrama. Saat korban saya tarik dan cuti di rumah bulan November lalu," tuturnya.

"Karena terpaksa ada ancaman hak pendidikan korban dicabut. Korban akhirnya kembali di bulan Mei lalu. Tapi bukannya ada perbaikan. Korban malah disalahkan dan diintimidasi oleh teman angkatan, senior, staf dan pengajar disana," lanjut Radit.

Baca Juga:Dieksekusi ke LPAK Tangerang, Agnes Gracia Bakal Tidur Bareng 2 Tahanan Lain: Tak Ada Perlakuan Khusus!

Radit kembali geleng-geleng kepala, ketika MGG dapat perlakuan tidak mengenakan lagi. Dalam pengakuannya, pada hari Selasa (13/6) malam, MGG mendapat tendangan bagian kaki ketika mengikuti seleksi marching band.

"Selama menangani kasus MGG seperti tidak ada perubahan berarti dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Semua sekolah kedinasan mending pindahkan saja tanggungjawabnya ke Kemendikbud," tutup Radit penuh dengan kekecewaan.

Kontributor: Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak