SuaraJawaTengah.id - Kecintaan Kepareng alias Wareng terhadap sepak bola seolah telah mendarah daging. Sejak usia remaja, dia sudah sering keluar-masuk stadion untuk memberikan dukungan kepada klub kesayangan PSIS Semarang.
Saat ditemui disekitar ruko Stadion Citarum Semarang Kamis (27/7/2023), bapak empat anak ini memutar kembali memori tentang proses dirinya menjalin asmara dengan PSIS Semarang.
Wareng sama seperti teman sebayanya berangkat dari suka sepak bola. Dia bersama kawan tongkrongannya kemudian nonton langsung pertandingan Laskar Mahesa Jenar di stadion.
"Atmosfer dukung PSIS Semarang dulu itu masing-masing individu. Belum terbentuk organisasi seperti sekarang (Panser Biru)," ujar Wareng.
Baca Juga:BREAKING NEWS! Jelang Pertandingan Menjamu Borneo FC, Lima Pemain PSIS Semarang Dipastikan Absen
Malah menurut Wareng rentan periode tahun 1990an. Sesama pendukung PSIS Semarang sering kali tawuran di dalam stadion. Mereka seperti lupa dengan tujuan datang ke stadion itu sendiri.
"Itu karena permasalahan remaja di kampung maupun sekolah musuhan dibawa ke stadion. Kulturnya dulu antar kampung atau antar sekolah sering musuhan," paparnya.
Menjadi seorang suporter militan dan kemana-mana selalu mendukung tim kesayangannya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi ketika mendukung PSIS Semarang tandang ke luar kota.
Sejak memutuskan menjadi suporter Panser Biru. Wareng mengaku nggak pernah kesulitan membeli tiket maupun biaya transportasi untuk away. Bahkan dia sama sekali nggak pernah minta uang untuk nonton bola pada orang tuanya.
"Dari kecil saya cari uang di jalanan. Saya punya lahan parkir dan semacam jadi pengelola pasar. Uang yang saya dapat di jalan itu buat dukung PSIS di stadion," ungkap Wareng.
Baca Juga:Gilbert Agius Nilai Laga PSIS Semarang vs Borneo FC Bakal Ketat
Dipenjara Enam Bulan
Puluhan tahun menjadi suporter PSIS Semarang. Wareng udah kenyang asam garam dunia suporter. Bahkan dia pernah mendekam dijeruji besi enam bulan akibat dibutakan oleh fanatisme dan dendam kesumat dengan suporter Persijap Jepara.
Wareng menceritakan dulu suporter Panser Biru dengan Persija Jepara bisa dikatakan musuh bebuyutan. Layaknya permusuhan The Jack Mania dan Bobotoh Persib.
Permusuhan dua suporter tersebut bukan tanpa penyebab. Wareng mengatakan saat Panser Biru away ke Jepara tahun 2005-2006 acap kali diperlakukan buruk oleh suporter tuan rumah. Pihaknya sering dilempari dengan bebatuan.
Singkat cerita, untuk membalas perilaku buruk suporter Persijap. Pada tahun 2010, Wareng bersama ratusan Panser Biru lainnya mencegat bis suporter Persijap di tol Krapyak saat mereka hendak berangkat ke Jakarta.
"Kami menghancurkan bis dan memukul suporter Persijap. Awalnya yang ke tangkap 13 orang dari 99 orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) termasuk saya," tuturnya.
"Karena nggak mau berlarut-larut, saya dan pemimpin-pemimpin Panser Biru yang menggerakan massa menyerahkan diri ke polisi. Sebanyak 21 orang lalu ditahan selama enam bulan," tambahnya.
Jadi Ketum Panser Biru
Wareng yang dulu datang memberikan dukungan kepada PSIS Semarang sebagai anak bawang. Lalu dirinya dipercaya menjadi Ketua Umum Panser Biru selama enam tahun dua periode kepemimpinan.
"Terus terang saya awalnya nggak mau, tapi terus didesak sama teman-teman. Akhirnya saya mencalonkan diri dan terpilih," katanya.
Saat menjabat panglima tertinggi Panser Biru. Fokus Wareng hanya satu, dia ingin organisasi suporter memiliki struktur dan manajemen yang tertata rapih.
"Sebelum saya menjabat, nggak pernah ada yang namanya uang kas. Padahal uang kas penting untuk keperluan kebutuhan organisasi pembelian manik-manik koreo, kegiatan sosial, dan lain-lain," lugasnya.
Berkat konsitensinya memperbaiki manajemen organisasi Panser Biru. Wareng kini cukup lega, panser biru sering mengadakan kegiatan sosial untuk mengubah image buruk suporter di masyarakat.
"Kami punya dua ambulans, kemarin lebaran iduladha kami juga berkurban kambing dan sapi," ucapnya.
Setelah masa kepemimpinannya selesai, Wareng masih dipercaya menjadi wakil untuk mendampingi Galih Eko Putranto sebagai Ketua Umum Panser Biru.
Di dalam lubuk hatinya, harapan dan mimpi Wareng saat ini ingin melihat pasukan Taisei Marukawan mengangkat trofi Liga 1. PSIS Semarang cukup lama puasa gelar, terakhir menjadi kampiun di sepak bola Indonesia tahun 1999.
"Mimpi saya dulu melihat PSIS Semarang lolos ke Liga 1 udah tercapai. Sekarang pengen lihat juara Liga 1. Syukur-syukur lagi bisa juara ditingkat Asia," tukasnya
Kontributor: Ikhsan