Ia menyebut dari program tersebut tentu masyarakat bisa berhemat dan pemerintah juga tidak terbebani dengan subsidi.
"Efisiensi ekonomi misal 100 energi, bisa menghidupi 500 KK, bisa 2000 jiwa memanfaatkan program itu," ucapnya.
Ia pun mengungkapkan saat ini terdapat beberapa proyek realisasi program kemandirian energi.
"Untuk 2023 ini ada Biogas 200 unit, rooof top 19 lokasi ada yang UMKM ada SMK, ada Ponpes, BSG gas rawa 2 lokasi," jelas Kepala Dinas ESDM Jawa Tengah tersebut.
Biogas Rawan Mangkrak
Namun demikian, Program Kemandirian Energi ini juga memiliki kelemahan. Yaitu tak bisa digunakan lagi saat tak ada perawatan maupun pengelolaan yang baik.
"Yang jadi masalah adalah suplai kotoran, karena ekonomi, kadang hewan ternak dijual, dan tidak ada suplai. Itu lah cirikhas orang kampung, ada masa jual ternak," jelasnya.
Namun demikian, ia memastikan ribuan desa yang memanfaatkan energi tersebut benar-benar ada.
"Kalau data yang sekarang 2.422 desa itu pasti ada, sudah memanfaatkan. Kalau unit pasti lebih besar, per orang bisa buat sendiri yang biogas. Kelemahannya ya pasokan kotorannya itu," ucapnya
Baca Juga:PT Piaggio Indonesia Resmikan MotoPlex di Semarang dan Tegal, Lengkap dengan Layanan Premium 3S
Menurutnya dinamika biogas tergantung dengan pasokan kotoran dari hewan ternak dan jadwal libur pondok pesantren.
"Ternak kalau dijual, ponpes kalau libur. Gas yang dihasilkan turun, kalau fatal tidak keluar gas lagi. Kalau terlalu lama fase kekosongan tidak terjadi fermentasi, harus memulai baru lagi, atau dipancing sperti masalah di pompa air," ujarnya