Misteri Penumpang Ketiga dalam Ambulans di Alas Roban

Sopir ambulans, alami kejadian mistis di Alas Roban saat antar jenazah. Warung nasi goreng, video call istri rekan, hingga suara tabrakan tanpa bekas, membuatnya merinding

Budi Arista Romadhoni
Senin, 21 April 2025 | 18:30 WIB
Misteri Penumpang Ketiga dalam Ambulans di Alas Roban
Ilustrasi Ambulans yang melintasi jalanan. Freepik/wowapr89

Malam makin larut. Di jalanan sepi sebelum masuk tol, suara keras mengagetkan mereka. Suara seperti menabrak sesuatu. Mobil diberhentikan. Dicek dari segala sisi, tak ada bekas benturan. Tak ada yang tertabrak. Tapi suara itu nyata.

“Sarannya sih, bakar rokok aja. Bilang aja terima kasih. Kadang mereka cuma mau pamit,” ucap Pak Jai kala itu dengan wajah serius.

Mereka melakukan itu. Sambil menggenggam koin lima ratusan, mereka mengucap terima kasih dan membuangnya ke semak. Sambil istighfar, mereka mencoba tenang.

Sesaat setelah masuk tol, Abid tak sengaja menoleh ke belakang. Di dalam keranda yang sebelumnya sudah dibersihkan, ia melihat bercak darah baru. "Itu darah yang sama," pikirnya. Abid tahu karena bentuk alirannya serupa dengan yang terlihat di kain kafan.

Baca Juga:Jangan Lewatkan! Klaim Link Saldo DANA Kaget Hari Ini, Berpeluang dapat Ratusan Ribu Rupiah!

Setibanya di rumah sakit, mereka menyerahkan ambulans dan pulang. Tapi esoknya, Abid mendapat telepon dari kakak almarhum.

“Mas, tolong banget... bisa dicek di tempat kecelakaan? Adik saya kehilangan cincin,” kata kakak Almarhum dengan suara pelan.

Ternyata, almarhum adalah pria muda yang akan menikah dua bulan lagi. Cincin yang hilang adalah simbol impiannya yang belum sempat tercapai. Dibelinya dengan uang sendiri, disiapkan untuk hari bahagianya.

Abid sempat mencari ke lokasi kecelakaan yang dekat dengan rumah sakit. Tapi tak ada apa-apa. Ia hanya bisa mengucap doa dan menyampaikan bahwa cincin itu tak ditemukan.

Namun misteri tetap membekas. Terutama setelah semua sosok yang “muncul” baik menurut tukang nasi goreng maupun istri Pak Jai memiliki ciri yang sama: seorang pria muda.

Baca Juga:Pemerataan Pembangunan Jadi Prioritas, Pemprov Jateng Tepis Wacana Pemekaran Wilayah

Sejak malam itu, Abid lebih berhati-hati. Dirinya tak lagi mencoba “mengakali” jalur tol. Ia sadar, dalam pekerjaan seperti ini, niat tulus dan rasa hormat sangat diperlukan. Karena siapa tahu, yang kita antar bukan hanya tubuh yang terbujur kaku. Tapi juga harapan, penyesalan, atau rasa terima kasih dari jiwa yang belum benar-benar pergi.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak