7 Fakta Epik tentang Pertempuran Sapi Gumarang dan Raden Sulanjana

Legenda Sapi Gumarang & Raden Sulanjana dari Tanah Sunda: Dewi Padi dari air mata naga, konflik padi Galuh, Sapi Gumarang sang perusak, hingga tradisi Nyawen

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 22 Juli 2025 | 08:37 WIB
7 Fakta Epik tentang Pertempuran Sapi Gumarang dan Raden Sulanjana
Ilustrasi Sapi Gumarang, sang raja hewan yang sakti, dan Raden Sulanjana, satria sakti dari Kerajaan Galuh. [Dok Suara.com/ChatGPT]

Melihat sawah hancur dan rakyat mengeluh, Raja Galuh memanggil Raden Sulanjana, seorang satria sakti bersama saudara-saudaranya: Mata Mendang dan Mata Mendir. Mereka memiliki kekuatan untuk menghadapi gangguan dari makhluk gaib dan hewan perusak.

Sulanjana memimpin operasi penyelamatan padi. Hasilnya, sawah kembali bersih, tikus dan celeng lari terbirit-birit. Masyarakat Galuh kembali bisa menanam dan panen dengan tenang.

5. Perang Besar Sapi Gumarang vs Sulanjana

Merasa kekuatannya dipermalukan, Sapi Gumarang menyerang langsung Kerajaan Galuh. Tapi rakyat dan prajurit sudah bersiap. Mereka menggali parit, memasang ranjau, dan menyiapkan jebakan. Pasukan hewan Sapi Gumarang banyak yang terjebak.

Baca Juga:7 Khasiat Mistis dan Manfaat Bunga Anggrek yang Jarang Diketahui

Puncaknya, terjadi duel satu lawan satu antara Sapi Gumarang dan Raden Sulanjana. Mereka bertarung dengan kekuatan dan kesaktian masing-masing. Tak ada yang kalah, hingga disepakati tantangan: siapa yang bisa mengangkat tubuh lawannya akan menjadi pemenang.

6. Kesombongan Sapi Gumarang Berbalik Petaka

Sapi Gumarang menyuruh Sulanjana lebih dulu mengangkatnya. Dengan tangan satu, Sulanjana berhasil mengangkat tubuh besar sang sapi sampai ke atas kepala. Sapi Gumarang kaget dan terdiam. Ia sadar kesaktiannya tak sebanding.

Akhirnya, ia menyerah dan menyatakan kesanggupan untuk menjaga dan merawat padi milik rakyat Galuh. Tapi, ia meminta satu hal: agar namanya selalu diingat dan disebut saat musim tanam atau panen tiba.

7. Tradisi Nyawen dan Memanggil Nama Sapi Gumarang

Baca Juga:2 atau 1 Unyeng-unyeng di Kepala? Ini Mitosnya Menurut Kepercayaan Jawa

Sebagai bentuk penghormatan kepada Sapi Gumarang, rakyat Galuh sejak dulu memiliki tradisi nyawen: membuat saung kecil dan menyebut nama Sapi Gumarang saat akan mulai menanam padi atau memanennya. Tradisi ini dilakukan agar panen berjalan lancar dan sawah tidak diganggu hama.

Meski kini tak sepopuler dulu, sebagian petani di daerah Galuh masih menjalankan ritual ini dalam bentuk kecil-kecilan.

Legenda Sapi Gumarang dan Raden Sulanjana adalah kisah perjuangan antara alam, manusia, dan makhluk gaib dalam menjaga sumber kehidupan: padi. Cerita ini mengajarkan tentang kesetiaan, kesombongan, hingga pentingnya kolaborasi antara manusia dan alam. Di balik mitosnya, tersimpan pesan ekologis dan sosial yang relevan hingga kini.

Apakah kamu masih percaya bahwa setiap bulir padi memiliki roh yang harus dihormati? Kisah ini seolah menjawab: iya, dan namanya adalah Sapi Gumarang.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak