Melihat Sejarah Loji Manggoran, Saksi Agresi Militer Belanda II di Magelang

Agresi Militer II Belanda menargetkan Yogyakarta, memaksa pemindahan ibu kota & kantor Bupati Magelang ke pengungsian. Loji Manggoran jadi saksi bisu pemerintahan darurat.

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 10 Agustus 2025 | 11:07 WIB
Melihat Sejarah Loji Manggoran, Saksi Agresi Militer Belanda II di Magelang
Loji Manggoran di Desa Bondowoso menjadi saksi sejarah pergolakan perjuangan kemerdekaan RI. (Suara.com/ Angga Haksoro A). 

Mengantisipasi serangan, Bupati Joedodibroto memutuskan memboyong staf-nya ke lokasi pengungsian di Dusun Clebung, Desa Soronalan, Kecamatan Sawangan.  

Begitu merasa lokasi pengungsian mulai tercium Belanda, Joedodibroto kembali memindah kantornya ke Dusun Manggoran, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan.

Kantor pusat pemerintahan secara berturut-turut dipindah ke Desa Bojong, Kecamatan Mungkid dan Desa Jumbleng, Muntilan, sebelum kembali ke tempat lama setelah situasi berangsur aman.

Loji Manggoran

Baca Juga:14 Tahun Mencari Jalan Keluar, Sabrang Letto: Indonesia Terjebak 'Deadlock Stupidity''

Dari 4 rumah pengungsian yang pernah menjadi kantor pusat pemerintahan darurat Kabupaten Magelang, kediaman H Achmad Marzuki di Dusun Manggoran yang masih terawat dan terjaga keaslian bangunannya.

“Pak Broto (Bupati Magelang, R Joedodibroto) hampir empat bulan tinggal di sini. Tidak hanya Bupati, seluruh staf-nya juga berkantor di sini. Jadi jalannya pemerintahan Kabupaten Magelang ya dari sini,” kata A Masduki Irawanto.  

Masduki adalah cucu dari H Achmad Marzuki. Ibunya, Asiyah adalah putri semata wayang H Achmad Marzuki.  

Orang sekitar mengenal rumah H Achmad Marzuki dengan sebutan Loji Manggoran. 

Loji secara umum dipakai untuk menyebut bangunan besar— biasanya bergaya Eropa— yang dipakai sebagai kantor, tempat tinggal, atau pusat kegiatan dagang pada masa penjajahan Belanda.

Baca Juga:Imbas KA Argo Bromo Anggrek Anjlok, Lintas Selatan Jawa Lumpuh! 20 Perjalanan Dibatalkan Hari Ini

Rumah Juragan Tembakau

 A Masduki Irawanto, cucu H Achmad Marzuki pemilik Loji Manggoran di Desa Bondowoso, Mertoyudan. (Suara.com/ Angga Haksoro A).    
 A Masduki Irawanto, cucu H Achmad Marzuki pemilik Loji Manggoran di Desa Bondowoso, Mertoyudan. (Suara.com/ Angga Haksoro A).    

Semasa hidup Achmad Marzuki adalah juragan sukses yang menguasai jaringan perdagangan tembakau hingga ke Jawa Timur.

Dengan luas rumah hampir 600 meter persegi, Loji Manggoran memiliki beberapa ruangan besar yang dulu digunakan untuk menyimpan daun-daun mole.   

“Kakek saya pedagang tembakau. Sudah lama berdagang sampai Surabaya. Beli tembakau di sini terus dijual ke Jawa Timur. Punya langganan pabrik-pabrik rokok, mayoritas di Jawa Timur. Termasuk luas juga wawasannya.”

Loji Manggoran menjadi salah satu bukti luasnya wawasan berpikir dan pergaulan H Achmad Marzuki.

Tidak hanya kaya raya, Achmad Marzuki punya selera membangun rumah setara dengan orang-orang Eropa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak