7 Fakta Menarik Asal Mula Serabi, Jajanan Pasar yang Tak Lekang Zaman

Serabi, jajanan pasar Indonesia sejak 1923, berakar dari bahasa Sunda. Ada perdebatan asal usul, dimasak tradisional dengan cetakan tanah liat. Solo & Bandung populer

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 02 Oktober 2025 | 14:02 WIB
7 Fakta Menarik Asal Mula Serabi, Jajanan Pasar yang Tak Lekang Zaman
Ilustrasi serabi, makanan legendaris. [ChatGPT]
Baca 10 detik
  • Serabi jajanan pasar sejak 1923, fleksibel hadir dalam varian manis kinca hingga gurih oncom.
  • Asal-usul serabi diperdebatkan, tapi tetap jadi simbol kuliner Nusantara lintas budaya dan zaman.
  • Dari Solo, Bandung, hingga varian durian, serabi bertransformasi modern tanpa hilang identitas asli.

5. Solo dan Bandung, Dua Ikon Serabi Indonesia

Di Indonesia, ada banyak jenis serabi, mulai dari Solo, Bandung, Jakarta, hingga Mataram. Namun, dua yang paling populer adalah serabi Solo dan serabi Bandung. Serabi Bandung dibuat dari tepung terigu dan disajikan dengan kinca, sementara serabi Solo menggunakan tepung beras dengan santan yang langsung dicampur ke dalam adonan.

6. Ada Varian Serabi Durian yang Hits

Selain varian klasik, ada juga serabi Minang yang populer di Sumatera Utara. Salah satu varian yang paling dicari adalah serabi kuah durian. Manisnya kuah gula berpadu dengan aroma khas durian membuatnya jadi buruan para pecinta kuliner. Inilah bukti bahwa serabi mampu mengikuti selera lokal di berbagai daerah.

Baca Juga:Sejarah dan Keunikan Soto Garing Klaten, Soto Kering Tanpa Kuah

7. Dari Jajanan Pasar ke Kuliner Modern

Dulu, serabi hanya bisa ditemui di pasar tradisional. Kini, serabi hadir di kafe hingga restoran dengan tampilan lebih modern. Ada serabi topping cokelat, keju, hingga green tea. Meski tampil kekinian, serabi tetap mempertahankan akar tradisionalnya. Sederhana tapi bikin nagih.

Serabi bukan hanya soal rasa, tapi juga sejarah panjang dan kebudayaan di baliknya. Dari Sunda hingga Sumatera, dari resep klasik hingga inovasi modern, serabi terus berkembang tanpa kehilangan identitasnya.

Jadi, lain kali ketika Anda menyantap serabi hangat dengan kuah kinca atau durian, ingatlah bahwa setiap gigitan membawa jejak sejarah kuliner Nusantara yang sudah bertahan hampir seabad lamanya.

Kontributor : Dinar Oktarini

Baca Juga:Kurnia Seafood Semarang Rilis Menu Baru untuk Akhir Tahun 2024, Lengkap dengan Sertifikasi Halal

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak