- Tempe lahir dari budaya Jawa abad ke-17, awalnya dibuat dari kedelai hitam dan fermentasi alami.
- Pernah jadi penyelamat rakyat di masa kolonial, hingga diteliti ilmuwan dan diakui dunia.
- Dari tragedi tempe bongkrek hingga jadi superfood global, tempe simbol inovasi dan ketahanan.
5. Dari Penelitian Ilmuwan Belanda hingga Tempe Modern
Keunikan tempe menarik perhatian para ilmuwan Belanda. Salah satunya adalah Dr. Txera Dematos, ahli botani yang menulis tentang tempe sebagai hasil fermentasi paling menakjubkan di Asia.
Pada abad ke-20, penelitian terus berkembang. Prof. Ko Swan Jin dari Universitas Indonesia menjadi ilmuwan pertama yang berhasil mengisolasi jamur tempe Rhizopus oligosporus secara ilmiah. Karya ini menjadikan produksi tempe lebih aman, seragam, dan bisa dilakukan dalam skala industri.
Dari dapur sederhana hingga jurnal internasional, tempe berubah dari warisan tradisi menjadi objek riset mikrobiologi modern.
Baca Juga:8 Barang Wajib untuk Memulai Warung Kelontong dengan Modal Rp2 Juta
6. Sisi Gelap: Tragedi Mematikan Tempe Bongkrek
Di balik kelezatan tempe, ada bab kelam yang jarang dibicarakan: tragedi tempe bongkrek. Makanan ini dibuat dari ampas kelapa, bahan murah yang sering digunakan masyarakat desa di Banyumas dan sekitarnya.
Namun, fermentasi yang tidak terkendali menyebabkan munculnya bakteri beracun Burkholderia cocovenenans, penghasil racun mematikan bernama bongkrekic acid. Sejak 1895, ratusan kasus keracunan massal tercatat di Jawa Tengah. Antara tahun 1951 hingga 1975, terjadi lebih dari 7.000 kasus dan 850 kematian akibat tempe bongkrek.
Karena tingkat kematian mencapai 60 persen, pemerintah akhirnya melarang produksi tempe bongkrek pada 1960-an. Tapi karena murah, produksinya terus berlanjut secara ilegal hingga akhirnya dilarang total secara nasional pada 1988. Tragedi ini menjadi peringatan bahwa pengetahuan tradisional sekalipun perlu dikontrol agar aman dan berkelanjutan.
7. Dari Desa ke Dunia: Tempe Diakui Sebagai Pangan Global
Baca Juga:5 Ide Bisnis Ibu Rumah Tangga yang Punya Bayi: Cari Cuan Sambil Momong
Setelah melalui masa kelam, tempe kembali bangkit. Sejak tahun 1970-an, diaspora Indonesia memperkenalkan tempe ke luar negeri, terutama di Amerika Serikat dan Belanda.
Pada tahun 1983, Prof. Winarno dari IPB memperkenalkan tempe dalam Konferensi Pangan Dunia, menjadikannya ikon pangan Indonesia di kancah global. Kini tempe diproduksi di lebih dari 20 negara, dikonsumsi oleh vegetarian dan vegan, serta dipuji karena tinggi protein, rendah lemak, dan ramah lingkungan.
Tempe tidak lagi dianggap makanan kampung, tetapi superfood modern yang menginspirasi dunia untuk mengadopsi pola makan berkelanjutan.
Perjalanan tempe adalah kisah tentang ketekunan dan pengetahuan rakyat. Ia lahir dari budaya lokal, melewati masa penindasan, melalui tragedi mematikan, lalu diakui dunia sebagai makanan bergizi tinggi.
Tempe mengajarkan kita bahwa di balik sesuatu yang sederhana, sering tersembunyi kekuatan luar biasa. Dari kedelai hitam hingga superfood global, tempe membuktikan bahwa inovasi dan tradisi bisa berjalan berdampingan.
Kini, saat dunia berlomba menciptakan pangan berkelanjutan, Indonesia sudah memiliki jawabannya sejak lama sepotong tempe yang penuh sejarah dan makna.