- DPRD Jateng soroti bahaya media sosial bagi remaja: krisis fokus, kecanduan, dan kekerasan daring.
- Konten cepat di medsos ubah cara otak remaja bekerja, picu KBGO hingga agresivitas terhadap orang tua.
- Solusi dikedepankan lewat pengawasan orang tua dan program Konseling Sebaya dari Pilar PKBI Jateng
SuaraJawaTengah.id - Dunia maya, yang seharusnya menjadi jendela pengetahuan, kini berubah menjadi ancaman serius bagi perkembangan remaja di Jawa Tengah.
Diskusi mendalam di DPRD Provinsi Jawa Tengah mengungkap temuan mengkhawatirkan: media sosial (medsos) tak hanya memicu krisis konsentrasi dan kecanduan, tetapi juga menjadi pemicu utama kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) hingga tindakan kekerasan anak terhadap orang tuanya sendiri.
Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Rizqi Iskandar Muda, dan Konselor Sebaya Pilar PKBI Jawa Tengah, Hapsari Oktaviana Hariaji, sepakat bahwa dampak negatif ini sudah mencapai taraf membahayakan dan memerlukan atensi seluruh pihak.
Generasi 'Reels' dan Krisis Fokus
Baca Juga:Bukan Sekadar Keyakinan, Ilmuwan Tunjukan Bukti Kuat Hajar Aswad Berasal dari Luar Angkasa
Rei, yang mendampingi remaja usia 10-24 tahun melalui layanan Konseling Sumatambat PKBI, menyoroti fenomena "Generasi *Reels*". Remaja saat ini, kata Rei, menunjukkan pola pikir yang terpengaruh konten cepat.
"Kami sering menangani remaja yang sulit sekali konsentrasi. Mereka yang tadinya suka nonton film berjam-jam kini cepat bosan. Mereka hanya terpaku pada konten 10 hingga 15 detik. Ini menjadi konsen baru kami, karena kemampuan spend time untuk fokus menjadi lebih sedikit," ungkap Rei.
Rizki Iskandar Muda mengamini, menambahkan bahwa kebiasaan konsumsi konten pendek ini secara psikologis mengubah cara otak bekerja.
"Anak-anak menjadi mudah *terdistract*. Dengar notif langsung cek, tidak bisa konsentrasi penuh pada satu kegiatan. Kecanduan ini adalah bukti bahwa media sosial adalah 'ruangan' yang sama sekali tidak bisa dibendung, hanya bisa dibatasi," tegasnya.
Bukan Sekadar Kecanduan, tapi Pemicu Kekerasan
Baca Juga:BRI Pemalang Gaet Kantor Pertanahan, Permudah ASN Ajukan KPR dan Pinjaman Lainnya
![Diskusi mendalam di DPRD Provinsi Jawa Tengah mengungkap temuan mengkhawatirkan: media sosial (medsos). [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/20/93086-dprd-jateng.jpg)
Dampak media sosial tidak berhenti pada masalah mental dan konsentrasi. Rei mencatat peningkatan kasus Kekerasan Gender Berbasis Online (KBGO), seperti ancaman revenge porn (penyebaran foto/video asusila) yang dilakukan oleh mantan pacar kepada remaja di Jawa Tengah.
Namun, yang paling mengejutkan adalah temuan Rizqi di daerah Pemalang, salah satu daerah pemilihannya. Ia menceritakan kasus seorang anak SMP yang terobsesi pada konten beauty care dan skincare di media sosial.
"Saking maunya dia harus mendapatkan skincare itu, ia merasa itu adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Mohon maaf, ketika orang tuanya tidak mampu membelikan, anaknya justru melakukan tindakan kekerasan, bahkan ingin memukul ibunya sendiri," papar Rizki.
Kasus ini menjadi alarm bahaya bahwa konten media sosial yang tidak terfilter telah menciptakan tuntutan yang tidak realistis pada remaja, mengubah mereka menjadi agresif demi memenuhi standar semu.
Peran Sentral Orang Tua dan Solusi Berbasis Remaja
Melihat meluasnya masalah ini, Rizki menegaskan bahwa orang tua adalah sosok terpenting dalam pengawasan.