- Kisah Soeprapto Ketjik, pelajar SMP Botton Magelang berusia 16 tahun yang gugur melawan tentara Jepang.
- Serangan Kidobutai 31 Oktober 1945 menewaskan puluhan warga, termasuk tiga siswa SMP Botton.
- Monumen Rantai Kencana dibangun mengenang semangat pelajar pejuang yang berkorban demi kemerdekaan.
Upacara mendadak itu mengundang ratusan orang berkumpul. Saat hendak kembali pulang, rombongan disambut berondongan tembakan.
Tentara Jepang di markas Kempetai panik melihat ratusan orang berjalan menuju markas. Lima pemuda tewas dalam pembantaian itu.
Meski tidak ditemukan kabar adanya serangan balik dari pemuda, api perlawanan membara dalam sekam. Para pemuda menunggu saat yang tepat untuk kembali angkat senjata.
Selang beberapa hari, pasukan Sekutu yang mendarat di Semarang, 20 Oktober 1945, telah tiba di Magelang. Dibawah seorang pemimpin Inggris, Brigjen RG Bethell, mereka masuk kota dan membebaskan para tawanan interneer.
Baca Juga:Kisah Mengejutkan Tentara India yang Membela Indonesia di Perang 10 November 1945
Selain melucuti tentara Japang, pasukan NICA yang datang bersama Sekutu menduduki sejumlah markas strategis. Mereka juga mempersenjatai para tawanan Belanda.
Penyerbuan SMP Botton

Pada 28 Oktober 1945, pukul 5 pagi, serangan umum Magelang dimulai. Tentara Keamanan Rakyat menyerbu pertahanan Sekutu di Lapangan Badaan, Kader School, Zusteraan, dan Rumah Sakit Tentara.
Pukul 11 siang Sekutu menyerah. Diam-diam mereka mengirim pesan kepada pasukan gerak cepat Jepang, Kidobutai di Semarang, bahwa pasukannya di Magelang termasuk Jenderal Nakamura dibunuh oleh pemuda.
“Padahal itu fitnah. Jepang menyerbu Magelang tanggal 31 Oktober 1945. Mereka menembaki masyarakat di jalanan. Termasuk menyerbu kampung Botton, dukuh Tulung,” ujar Bagus Priyana.
Baca Juga:Gelar Pahlawan Soeharto: Jalan Terjal Uji Publik di Atas Warisan Orde Baru
Sebelum masuk kota, pasukan Kidobutai dibagi dalam beberapa regu. Sebagian menyisir Kali Bening hingga kampung Tulung, lainnya merintis jalan utama.
Korban serbuan ke kampung Tulung diperkirakan mencapai 50 orang. Korban sangat banyak karena di lokasi itu terdapat dapur umum tempat berkumpulnya tentara pejuang.
Pasukan Kidobutai mengamuk di sepanjang jalan Botton, Potrobangsan dan Badaan ke arah Tuguran. Gedung SMP Botton yang saat itu dijaga oleh beberapa guru dan murid tak luput dari serangan.
“SMP Botton letaknya juga strategis. Sehingga di SMP ini banyak guru dan siswa yang masih berlindung akhirnya ditawan oleh Jepang.”
Masih dari buku Sejarah Rantai Kencana, diceritakan bahwa tentara Jepang menembak kaki Kepala Sekolah, Siagian dan menganiaya guru FX Surjowidagdo.
Prapto Ketjik Gugur