- Dukungan masif dari lebih dari 400 PWNU dan PCNU menegaskan posisi Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, tetap kokoh menghadapi isu pemakzulan.
- Pertemuan di Tebuireng bersama mustasyar dan kiai sepuh menjadi rujukan moral utama untuk menyelesaikan dinamika internal organisasi NU.
- Para pimpinan daerah menekankan bahwa penyelesaian harus berdasarkan kepatuhan pada AD/ART organisasi dan mengutamakan islah.
“Itu salah besar. Justru Ketum sedang menasihati kita semua untuk kembali ke aturan,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua PWNU Kepulauan Bangka Belitung, Masmuni Mahatma, menegaskan bahwa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) adalah konstitusi tertinggi NU, di atas kepentingan individu mana pun.
“Ketua umum atau rais aam hanyalah institusi kecil. Yang besar adalah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,” tegasnya.
Isu pemakzulan pun secara eksplisit dimentahkan. Ketua PWNU Sulawesi Selatan, Prof KH Hamzah Harun Al-Rasyid, menyatakan bahwa wacana tersebut tidak memiliki dasar organisatoris yang kuat.
Baca Juga:Kiai Sepuh Cegah Perpecahan di Tubuh PBNU, Ma'ruf Amin: Proses Pemakzulan Tak Sesuai AD/ART
“Mandataris tidak boleh diberhentikan kecuali melalui forum yang sama yang mengangkatnya,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa jalan terbaik saat ini, sesuai pesan para mustasyar, adalah islah (rekonsiliasi).
“Usaha yang paling tepat sekarang adalah islah. Kalau islah tidak bisa, kembali kepada AD/ART. Itulah yang dipesankan para Mustasyar,” katanya.
Di tengah panasnya situasi, keprihatinan juga muncul terkait ekses konflik di ruang publik, terutama di media sosial.
Ketua PCNU Kota Malang, KH Isroqunnajah, menyayangkan saling serang yang menyeret kehormatan para kiai.
Baca Juga:Perebutan Kursi PSSI Jateng Memanas! Anggota Exco Dianggap Tak Layak Usai Bertemu Johar Lin Eng
“Kami sama sekali tidak rela para kiai dibully di media sosial. Silaturahim Tebuireng memberi arah yang jelas agar persoalan kembali ditempatkan pada tatanan,” ujarnya.