Jamaah masjid Saka Tunggal hingga saat ini menggunakan almanak Jawa, Alif Rebo Wage atau Aboge.
Menurut Pengikut Aboge asal Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen, Tarsono (64), sesuai perhitungan turun temurun, untuk tahun 2019 ini bertepatan dengan tahun Jawa Be. Untuk menentukan awal Ramadan, biasanya pengikut Aboge akan menghitung pada hari keenam dan pasaran kedua dari awal hari pasaran Bulan Muharam tahun Jawa Be tersebut.
"Bemisgi artinya awal tahun Be jatuh pada Kemis Legi. Kalau Ramadan akan dipergunakan Donemro (Romadon Enem Loro) atau Sanemro (Puasa Enem Loro). Jadi hari ke-6 dan ke-2 dari Kamis Legi adalah Selasa Pahing," jelasnya.
Selain awal Bulan Ramadan, untuk menentukan awal Syawal juga telah bisa dihitung oleh pengikut Aboge. Untuk menentukan awal Syawal maka mereka menggunakan rumus Waljiro (Syawal Siji Loro), artinya awal Syawal jatuh pada hari pertama dan pasaran kedua dari Kamis Legi.
"Jadi hitungannya satu Syawal nanti akan jatuh pada hari Kamis Pahing," kata Tarsono.
Legenda Moyet dan Santri Dikutuk
Satu pemandangan khas ketika mengunjungi Masjid Saka Tunggal Baitussalam adalah keberadaan hewan monyet berkaki panjang. Hewan ini kerap berkeliaran di sekitar masjid sekalipun dalam waktu tertentu bernaung di perbukitan dan hutan di wilayah itu.
Bagi para pengunjung atau wisatawan religi, keberadaan monyet menjadi daya tarik tersendiri. Hewan primata ini tampak manja saat diberi makanan, seperti jagung, kacang, apalagi pisang. Tak jarang, momentum tersebut diabadikan dalam jepretan kamera oleh para pengunjung.
Imam Masjid Saka Tunggal yang juga Juru kunci generasi ke-12, Sulam menceritakan, jumlah monyet di wilayah tersebut mencapai ratusan lebih. Masing-masing hidup berkelompok, dengan tempat naungan yang berbeda-beda.
Sementara itu, bagi masyarakat sekitar, keberadaan hewan dengan nama latin macaca fascicularis itu memiliki cerita yang melegenda.
Baca Juga: Beribadah di Masjid Ini, Barang Jemaah yang Hilang Akan DIganti
Konon, monyet ini merupakan santri yang boleh dibilang nakal. Di saat yang lain melaksanakan ibadah salat Jumat, ia justru asyik mencari ikan di sungai. Saat diingatkan, ia tetap membandel. Karena itu, kemudian dikutuk menjadi monyet.
"Itu legenda, cerita rakyatnya demikian," kata Sulam.
Namun benar atau tidaknya cerita legenda itu, ada hikmah dan pelajaran yang bisa diperoleh dari kisah itu. Sebagai seorang muslim, sudah semestinya terpanggil ketika ada kumandang azan sebagai ajakan menjalankan ibadah salat.
"Ketika ada kumandang azan, bergegaslah ke masjid (untuk sholat), biar tidak disamakan dengan kebiasaan itu (monyet)," kata dia.
Terlepas dari cerita yang melegenda, kehidupan monyet dan masyarakat setempat, hingga saat ini tetap berdampingan. Sekalipun dalam sejumlah kesempatan, monyet-monyet ini suka memakan hasil tanaman pangan di perkebunan. Namun masyarakat setempat yang umumnya petani tetap maklum.
"Ketika ada tanaman palawija yang sudah berbuah, terkadang suka dimakan. Tapi tidak ada yang menyerang warga, jadi tetap berdampingan," kata salah satu bilal Masjid Saka Tunggal, Juki.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
PKL Semarang Naik Kelas! Kini Punya Manajer Keuangan Canggih di Fitur Aplikasi Bank Raya
-
5 Mobil Bekas Rp50 Jutaan Terbaik 2025: Dari MPV Keluarga Sampai Sedan Nyaman
-
P! Coffee dan BRI Ajak Anak Muda Semarang Lari Bareng, Kenalkan Literasi Finansial
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72