Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 20 Mei 2019 | 04:00 WIB
KH Ali Shodikin menyampaikan ceramah. [Suara.com/Adam Iyasa]

SuaraJawaTengah.id - Sosok berambut gondrong dengan mengenakan jubah itu cukup unik dalam dakwahnya. Pada saat para kyai dan tokoh agama hanya mengumandangkan dakwahnya pada tempat ibadah, tidak bagi seorang KH Ali Shodikin, justru dia menyambangi tempat-tempat 'dunia hitam'.

Melalui majelis 'Mafia Sholawat' dia mencari para calon santri dan berdakwah di tempat hiburan malam seperti diskotik, kafe, sampai sarang lokasi preman. Baginya, semua dirangkul tidak memandang jabatan dan baik-buruk perilakunya, semua pihak diajaknya untuk menuju jalan kebaikan.

Gus Ali Gondrong, begitu dia akrab disapa, sesuai tampilannya yang berambut panjang, dia mengajak orang-orang yang belum menemukan jalan benar tentang agama untuk menuju pertaubatan.

"Dakwah itu justru sebaiknya mengajak mereka yang tengah berada di dunia kelam yang beraura negatif, agar kembali kepada jalan yang benar," kata Gus Ali Gondrong, di Semarang Minggu (19/5/2019).

Baca Juga: Menhub Ajak Khatib Berdakwah dengan Sejuk dan Tolak Hoaks

Dia membuka kisahnya, tepatnya pada awal tahun 2000-an, syiar dakwah dilakukan dengan mencoba mendekati orang-orang yang berasal dari golongan 'hitam' untuk diajak menuju pertaubatan.

Tujuannya, agar mereka kembali kepada jalan yang benar. Kegiatan yang dilakukannya pada waktu itu, ikut merasakan dunia malam dengan nongkrong dan ikut tidur bersama para preman-preman jalanan di Lapangan Simpang Lima Semarang.

Lambat laun, karena seringnya ikut nongkrong di Simpang Lima dan mengajarkan kebaikan, banyak yang bertanya-tanya mengenai sosoknya.

"Orang-orang yang dulu seringkali nongkrong di Simpanglima, mereka pasti tahu siapa saya. Saya juga mengajak anak-anak jalanan untuk datang ke Ponpes," ucap Gus Ali.

KH Ali Shodikin memberikan ceramah di hadapan warga. [Suara.com/Adam Iyasa]

Anak-anak jalanan itu kemudian diberikan bekal ilmu agama, dicukupi kebutuhan primernya, dan diberikan tempat tinggal sesuka hati.

Baca Juga: Pendakwah Lebanon Sebut Indonesia Barometer Negara Islam di Dunia

"Namanya juga anak-anak, mereka ada yang betah dan tinggal hingga bertahun-tahun, namun juga ada yang cuma hingga tiga minggu saja," kisahnya.

Load More