Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 26 Juni 2019 | 15:06 WIB
Ketua Pinsar Jateng Parjuni. [Suara.com/Ari Purnomo]

SuaraJawaTengah.id - Anjloknya harga ayam ras sudah terjadi sejak akhir 2018 silam, namun penurunan harga terparah terjadi mulai enam bulan terakhir. Menurut, Perhimpunan Insan Perunggasan (Pinsar) Indonesia, kondisi tersebut disebabkan adanya kelebihan pasokan bibit ayam ras.

Ketua Pinsar Indonesia Jawa Tengah (Jateng) Pardjuni menjelaskan anjloknya harga ayam ras ini sebenarnya sudah diprediksi saat adanya jumlah bibit ayam ras yang cukup besar.

"Dulu pernah disampaikan bibit ayam dari perusahaan mencapai 68 juta sampai 70 juta. Dan kami sudah sampaikan kepada pemerintah agar suplai tersebut dikurangi," urai Pardjuni kepada Suara.com, Rabu (26/6/2019).

Jika tidak, Parjuni melanjutkan, akan menyebabkan kelebihan pasokan dan pasti akan terjadi penumpukan secara terus menerus. Dampaknya, jumlah pasokan ayam akan semakin membludak sehingga tidak seimbang dengan permintaan.

Baca Juga: Aksi Bagikan Ribuan Ayam Gratis, Pinsar: Ini Sebagai Bentuk Sakit Hati Kami

"Karena tidak seimbangnya demand dan suplai ini maka terjadi over suplai. Mau tidak mau kami juga harus menjual ayam yang kami miliki. Karena setiap hari kami juga harus mengeluarkan biaya untuk perawatan dan pakan," ucapnya.

Sebagai konsekuensi adalah harga ayam ras jelas tidak sesuai dengan harga seharusnya. Hal ini karena pedagang hanya akan membeli sesuai dengan kebutuhannya. Sementara, pasokan ayam yang dimiliki peternak cukup banyak.

"Makanya kami minta pemerintah segera action. Harga ini sudah di luar kemanusiaan," pungkasnya.

Kontributor : Ari Purnomo

Baca Juga: Harga Ayam Jatuh di Level Peternak, UGM Imbau Pemerintah Turun Tangan

Load More