Agung Sandy Lesmana
Senin, 01 Juli 2019 | 06:00 WIB
Dewi Kartika Maharani Praswida di Basilika Santo Petrus Vatikan Roma. (dok untuk Suara.com)

Kesehariannya di Vatikan, mahasiswi S2 Studi Lingkungan dan Perkotaan Unika Soegijapranata Semarang itu, tinggal menghuni di sebuah komplek Student Resident Komunitas The Lay Centre at Foyer Unitas, milik orang Amerika yang bekerjasama dengan pemberi beasiswa.

Dalam komplek hunian komunitasnya terdiri 24 mahasiswa dari 14 negara yang semuanya belajar di universitas kepausan. Di situ Dewi merasakan keharmonisan antar keyakinan sangat kental terasa.

"Kebebasan beragama sangat dihargai, bahkan saya disediakan alat shalat lengkap dan Alquran untuk beribadah. Ketika Ramadan juga selalu disiapkan sahur dan buka puasa," katanya.

Sepulang studi dari Vatikan, kekinian, Dewi kembali aktif pada rutinitasnya sebagai mahasiswa di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Respon positif dari lingkungannya pun dia dapatkan.

"Alhamdulillah responnya positif, harapan saya bisa kembali menyegarkan wawasan kita bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang untuk bersaudara. Tapi ada juga sih komentar yang bilang katanya bukan muhrim," seloroh aktivisis Gusdurian merujuk komentar foto bersalaman dengan Paus Fransiskus.

Berikut isi kutipan paragraf ketiga dokumen Konsili Vatikan II Nostra Aetate, sebagai dasar saling toleransi antar keyakinan:

3. Agama Islam
Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan berdaulat, penuh belaskasihan dan mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia. Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan sukarela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada Allah. Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga menghormati Maria Bunda-Nya yang tetap perawan, dan *pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya.* Selain itu mereka mendambakan hari pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah bangkit. Maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah dan berpuasa.

Memang benar, disepanjang zaman cukup sering timbul pertikaian dan permusuhan antara umat Kristiani dan kaum Muslimin. Konsili suci mendorong mereka semua, supaya melupakan yang sudah-sudah, dan dengan tulus hati melatih diri untuk saling memahami, dan supaya bersama-sama membela serta mengembangkan keadilan sosial bagi semua orang, nilai-nilai moral maupun perdamaian dan kebebasan.

Kontributor : Adam Iyasa

Baca Juga: Dewi Mendadak Tersohor Setelah Minta Didoakan Paus Fransiskus, Ini Kisahnya

Load More