'Semoga saya kuat tinggal di sini'
Heri mengaku lebih enak karantina di rumah karena bisa lihat anak dan istri. Selama tinggal di rumah isolasi angker itu, warga Sragen tersebut hanya bisa melihat anak dan istrinya di depan pintu gerbang pinggir jalan karena tidak boleh masuk.
“Saya imbau para pemudik taati aturan pemerintah. Jangan sampai ikut-ikutan menghuni rumah berhantu. Tempatnya kurang nyaman karena agak angker. Kalau tinggal di sini rugilah. Semoga saya kuat tinggal di sini,” ujar Heri.
Rokim dan Arie pun memiliki harapan yang sama agar bisa kuat dan betah tinggal di rumah isolasi itu.
Baca Juga: Viral Video Ayah Usir Anak yang Mudik saat Corona: Dibilangin kok Ngenyel
Selama beberapa hari terakhir mereka belum pernah melihat penampakan-penampakan aneh di dalam rumah.
Mereka masih ditemani Satgas Covid-19 hingga pukul 24.00 WIB. Setelah pukul 24.00 WIB, Satgas menutup gedung itu dan mengunci pagar dari luar.
Kunci yang membawa Hadi Mulyono sebagai penanggung jawab rumah isolasi.
Membosankan
Aktivitas mereka selama di rumah itu cukup menjemukan karena monoton. Setiap pagi berjemur selama 15 menit.
Baca Juga: Dua Warga Ogah Dikarantina, Akhirnya Dijebloskan ke Rumah Angker
Selain itu, mereka hanya ngobrol-ngobrol dan mainan ponsel. Selama masa karantina, kebutuhan hidup mereka ditanggung Pemerintah Desa (Pemdes) Sepat.
Di rumah isolasi bagi pemudik Sragen yang katanya angker itu, mereka mendapat makan dan minum cukup.
Untuk makan selalu diberikan tiga kali sehari. Disediakan dapur lengkap dengan sarana minum, seperti teh dan kopi serta gorengan.
“Mereka sengaja dikarantina di rumah khusus ini biar memiliki efek jera. Supaya para pemudik lainnya tidak membandel dan melanggar komitmen mereka sendiri,” kata Kades Mulyono.
Sejak adanya tindakan tegas tersebut, Mulyono mengatakan ada beberapa perantau yang hendak pulang tidak jadi pulang karena takut dimasukkan rumah berhantu.
Ada pula yang bertanya dulu ke posko sebelum pulang supaya tidak masuk ke rumah horor itu.
Dia mengatakan jumlah pemudik yang pulang ke Sepat hingga Selasa sebanyak 247 orang.
Jumlah pemudik itu baru 35% dari total warga Sepat yang merantau ke luar daerah.
Dia berharap cukup tiga orang yang menghuni rumah hantu itu sehingga tidak ada tambahan penghuni lagi.
Berita Terkait
-
Mau Nostalgia Masa Kecil, Jeremy Teti Berencana Jual Rumahnya yang Mewah
-
Pose di Samping Mobil Lawas nan Langka Bersama Istri, Bahlil Disebut Romeo dan Juliet
-
BRI Dukung Aksi Donor Darah HUT Karantina di Papua Tengah
-
Formasi CPNS Badan Karantina Indonesia, Ini Jurusan D3 hingga S1 yang Dibutuhkan Rekrutmen ASN 2024
-
Dari Bidadari Warkop DKI hingga Psikolog Lapas: Transformasi Peran Rowiena Umboh
Terpopuler
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Berani Minta Maaf ke Lembaga Kerukunan Sulsel, Denny Sumargo Dapat Dukungan dari Sumatera sampai Papua
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- Profil Lex Wu: Tantang Ivan Sugianto Duel usai Paksa Anak SMA Menggonggong
- Geng Baru Nikita Mirzani Usai Lepas dari Fitri Salhuteru Disorot: Circlenya Lebih Berkualitas
Pilihan
-
Setelah Dihitung, Wamenhub Bilang Harga Tiket Pesawat Bisa Turun di Libur Nataru
-
Luhut Yakin Prabowo Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%, Ini Strateginya
-
Teken Dealership Agreement Eksklusif, MAB Jadi Distributor Resmi Truk Yutong di Indonesia
-
Tol Balikpapan-Samarinda Sepi Peminat Meski Persingkat Waktu Menuju IKN, Apa Alasannya?
-
IKN Tak Berpenghuni? Akademisi Sindir Minta Jokowi yang Jadi "Penunggunya"
Terkini
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah pada 14-16 November 2024
-
Rahasia Sukses Pertashop: Pertamina Ungkap Strategi Peningkatan Pendapatan lewat NFR
-
BMKG Prakirakan Cuaca Berawan dan Kabut di Semarang Hari Ini, Masyarakat Diminta Waspada
-
Prabowo Dukung Cagub Jateng, Bawaslu Telusuri Potensi Pelanggaran Netralitas Presiden
-
Korupsi Pengurusan Tanah di Semarang: Mantan Lurah Sawah Besar Divonis Lebih Ringan dari Tuntutan Jaksa