Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito
Jum'at, 24 April 2020 | 07:05 WIB
Tiga tempat tidur yang dipisahkan ruang selebar 1,5 meter untuk penghuni rumah isolasi di Desa Sepat, Masaran, Sragen, Selasa (21/4/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

SuaraJawaTengah.id - Pemudik yang tepergok keluyuran saat seharusnya karantina di rumahnya sendiri akan dijebloskan ke rumah angker. Seperti apa rumah angker tempat isolasi di Sragen bagi para pemudik bandel ini?

Diberitakan Solopos -- jaringan Suara.com, Selasa (21/4/2020), rumah angker di Sragen yang digunakan untuk karantina atau isolasi ini adalah salah satu gedung tua di pinggir jalan Sepat - Jirapan, Masaran.

Gedung dengan pagar besi itu merupakan eks gudang kerajinan tas milik Mulyono, warga Dukuh Wonorejo RT 011/RW 003, Sepat, Masaran.

Gedung itu sudah 8-10 tahun terakhir tak digunakan dan dibiarkan kosong. Warga memberi julukan gedung di Dukuh Pucuk RT 013/RW 004, Sepat, itu sebagai rumah berhantu.

Baca Juga: Jokowi Larang Mudik, Wali Kota Solo: Masa Pejabat VVIP ke Solo Dikarantina?

Bangunan rumah isolasi yang terkenal angker di Masaran, Sragen, itu terlihat tua. Pintu depan terbuat dari besi seperti pintu garasi atau toko. Sebagian tembok terlihat retak-retak.

Gedung beratap galvalum itu terlihat tidak terurus. Di bagian belakang masih ditumbuhi rumput dan semak-semak liar.

“Dulu gedung ini pernah ditinggali adik saya. Tetapi hanya betah sebulan lalu pindah. Katanya kalau malam sering ada suara ketukan pintu dari belakang. Kadang juga ada bayangan hitam berseliweran saat malam hari,” ungkap Kepala Desa (Kades) Sepat, Mulyono kepada Solopos.

Gedung angker yang dijadikan rumah isolasi pemudik yang bandel di Desa Sepat, Masaran, Sragen, itu luasnya 10 meter x 10 meter dan menempati lahan 25 meter x 10 meter.

Kondisi rumah angker yang dipakai untuk isolasi pemudik 'bandel'

Baca Juga: Dua Warga Ogah Dikarantina, Akhirnya Dijebloskan ke Rumah Angker

Baliho ditempel di dinding pagar rumah isolasi di Desa Sepat, Masaran, Sragen, Selasa (21/4/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Gedung itu dibersihkan para sukarelawan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Desa Sepat dua bulan lalu.

Di bagian luar pagar dipasang baliho atau MMT bertuliskan Rumah Isolasi Covid-19 Desa Sepat.

Rumah angker itu sengaja dijadikan tempat karantina khusus bagi pemudik yang membandel atau melanggar komitmen karantina mandiri 14 hari.

Di bagian dalam sebelah utara gedung dipasang tirai-tirai sebagai sekat antartempat tidur.

Tirai-tirai warna hijau itu seperti sekat di bangsal kelas III rumah sakit. Ada enam sekat tetapi hanya tiga ruang yang dipasang tempat tidur.

Antartempat tidur di rumah angker untuk isolasi pemudik Sragen yang bandel itu dipisahkan satu ruang kosong selebar 1,5 meter.

Sejak dibersihkan dua bulan lalu, rumah berhantu itu baru terisi mulai Kamis (16/4/2020) lalu.

'Semoga saya kuat tinggal di sini'

Heri mengaku lebih enak karantina di rumah karena bisa lihat anak dan istri. Selama tinggal di rumah isolasi angker itu, warga Sragen tersebut hanya bisa melihat anak dan istrinya di depan pintu gerbang pinggir jalan karena tidak boleh masuk.

“Saya imbau para pemudik taati aturan pemerintah. Jangan sampai ikut-ikutan menghuni rumah berhantu. Tempatnya kurang nyaman karena agak angker. Kalau tinggal di sini rugilah. Semoga saya kuat tinggal di sini,” ujar Heri.

Rokim dan Arie pun memiliki harapan yang sama agar bisa kuat dan betah tinggal di rumah isolasi itu.

Selama beberapa hari terakhir mereka belum pernah melihat penampakan-penampakan aneh di dalam rumah.

Mereka masih ditemani Satgas Covid-19 hingga pukul 24.00 WIB. Setelah pukul 24.00 WIB, Satgas menutup gedung itu dan mengunci pagar dari luar.

Kunci yang membawa Hadi Mulyono sebagai penanggung jawab rumah isolasi.

Load More