Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 28 April 2020 | 17:20 WIB
Ristiana, penghuni pertama tempat karantina massal di GOR Satria Purwokerto, Selasa (28/4/2020). [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJawaTengah.id - Wacana Pemkab Banyumas untuk mengarantina massal warga yang nekad mudik nampaknya bukan gebrakan semata. Mulai semalam (Senin, 27/4/2020) sudah mulai ada yang menghuni lokasi karantina massal di GOR Satria Purwokerto tersebut.

Adalah Ristiana (43), ibu anak satu, beralamat KTP, Kelurahan Bobosan, Kecamatan Purwokerto Utara masuk ke tempat karantina di GOR Satria Purwokerto pada Senin (27/4/2020), pukul 23.00 WIB. Pun anaknya yang berusia lima tahun terpaksa harus dititipkan di tempat kakaknya di Desa Kalicupak, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

Ia diantarkan petugas Satpol PP, karena menolak untuk melakukan karantina mandiri di tempat bibinya di Kelurahan Bobosan. Penolakannya pun bukan tanpa alasan, ia mengklaim telah melakukan karantina mandiri selama lebih dari dua minggu di tempat adiknya di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara.

"Saya balik dari Bekasi itu tanggal 5 April lalu. Terus saya langsung ke Klampok, Banjarnegara untuk karantina mandiri. Baru keluar empat hari lalu karena memang saya sedang mencari kerjaan," katanya kepada Suara.com, Selasa (28/4/2020).

Baca Juga: Nekat Mudik, Pemkot Tegal Siapkan Tempat Karantina

Kepergiannya ke Bekasi, karena tengah mencari kerjaan. Ia berangkat ke Bekasi tanggal 10 Maret 2020. Namun karena adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), akhirnya memutuskan kembali menggunakan kereta api.

"Lalu empat hari lalu, saya sudah menginap di tempat teman saya di Kelurahan Kober. Barang saya semua di sana. Sebelum dibawa ke sini (GOR Satria Purwokerto), saya ke tempat Bulik (bibi) saya untuk main. Tapi karena hujan deras dari sore jadi saya disuruh menginap," jelasnya.

Pada malam harinya, ia mengaku didatangi pihak kelurahan untuk menandatangani surat kemauan karantina mandiri. Ia menolak dan akhirnya dijemput oleh petugas Satpol PP Banyumas.

"Saya nggak bawa apa-apa, orang niatnya main ke tempat bulik jadi nggak bawa apa-apa. Cuma tisu, perlengkapan wanita, sama uang Rp 90 ribu. Kalo kebutuhan mandi dan baju masih di tempat teman di Kober," ungkapnya.

Ia menceritakan, pengalamannya sebagai penghuni pertama yang menginap di tempat karantina massal, GOR Satria Purwokerto. Dirinya merasa tidak nyaman karena belum disediakan selimut dan perlengkapan tidur lainnya.

Baca Juga: Kisah Pemudik di Jember, Jalani Sahur Pertama Saat Karantina

"Nginep sendirian di sini ya dingin, karena nggak dikasih selimut dan bantal. Nggak nyaman. Baru bisa tidur tadi setelah subuh. Sebenernya sudah risih banget pengin mandi," jelasnya.

Ia sebenarnya mau saja jika harus dikarantina, namun dengan kondisi dan kebutuhan yang harus tercukupi. Untuk kebutuhan konsumsi, Ristiana mengakui tidak mempermasalahkan, karena sudah dua kali diberi makan. Namun karena tidak berselera, hingga saat ini masih utuh.

"Dikasih makan, dikasih minum tapi kan nggak nafsu makan, ini masih utuh," jelasnya.

Ia merasa sedikit takut dan merinding. Karena ada hal yang aneh saat menginap sendirian pada malam hari.

"Sempet merinding karena tercium aroma wangi kembang mawar dua kali, tengak-tengok mencari tapi ga ada apa-apa. Orang ke kamar mandi aja nggak berani," pungkasnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, hingga hari ini sudah ada lima penghuni tempat karantina massal GOR Satria Purwokerto. Tambahan keempatnya merupakan pemudik yang masuk hari ini. Ketiga pemudik datang dari Jakarta dan satunya pulang dari Singapura.

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More