SuaraJawaTengah.id - Idul Fitri 1446 Hijriah yang jatuh pada tahun 2025 ini kembali membawa umat Islam ke momen kemenangan setelah sebulan penuh menjalani ibadah Ramadhan.
Suasana sukacita, gema takbir, hingga tradisi mudik dan silaturahmi menjadi ciri khas bulan Syawal yang sangat ditunggu-tunggu setiap tahun. Tapi di balik kemeriahan Lebaran, pernahkah kita bertanya: dari mana sebenarnya asal-usul nama bulan Syawal?
Ternyata, nama Syawal punya sejarah unik yang tak hanya berakar dari bahasa Arab kuno, tapi juga erat kaitannya dengan perilaku hewan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Arab—yaitu unta.
Apa Arti Syawal?
Menurut ulama besar dari mazhab Syafi’i, Ibnul ‘Allan Asy Syafi’i, kata Syawal berasal dari frasa Arab Sya-lat al-Ibil yang berarti “unta yang mengangkat atau menegakkan ekornya.” Fenomena ini biasa terjadi ketika unta betina sedang dalam masa birahi dan menunjukkan tanda kesiapan untuk dikawinkan.
Pada masa itu, unta bukan sekadar hewan ternak, tetapi juga simbol kekayaan dan alat transportasi utama masyarakat gurun. Maka, tingkah laku hewan ini sangat diperhatikan oleh masyarakat Arab.
Ketika banyak unta betina memperlihatkan perilaku tersebut di waktu yang sama dalam setahun, masyarakat pun menandai momen itu sebagai periode tertentu dan menamainya Syawal.
Penamaan bulan berdasarkan fenomena alam atau perilaku hewan bukanlah hal asing dalam budaya Arab pra-Islam. Mereka mengandalkan pengamatan langsung terhadap lingkungan sebagai penanda waktu dan musim, sebab sistem kalender yang digunakan saat itu belum sepenuhnya formal seperti sekarang.
Tradisi Arab dan Bulan-Bulan Haram
Baca Juga: BMKG Peringatkan Hujan dan Angin Kencang di Jawa Tengah, Warga Diminta Waspada
Selain berkaitan dengan unta, Syawal juga menandai perubahan dalam aktivitas masyarakat Arab. Dalam Dalil al-Falihin li Syarh Riyadh al-Shalihin karya Muhammad bin ‘Allan al-Shiddiqi al-Syafi’i al-Makki, disebutkan bahwa saat bulan Syawal datang, masyarakat Arab menggantung alat-alat perang mereka.
Mengapa? Karena Syawal berdekatan dengan tiga bulan haram dalam Islam yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Bulan-bulan ini disebut haram karena diharamkan untuk berperang dan melakukan kekerasan.
Maka, Syawal menjadi semacam waktu transisi menuju periode damai, ketika konflik ditangguhkan dan masyarakat lebih banyak memusatkan diri pada aktivitas keagamaan, perdagangan, dan kehidupan sosial yang tenang.
Syawal dalam Sejarah Islam
Ketika Islam datang, bulan Syawal tidak hanya dipertahankan dalam kalender Hijriah, tetapi juga mendapat makna baru dalam sejarah dakwah Rasulullah SAW.
Salah satu peristiwa besar yang terjadi di bulan ini adalah Perang Uhud—sebuah pertempuran penting yang terjadi pada 15 Syawal tahun ke-3 Hijriah, bertepatan dengan 31 Maret 625 Masehi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota