SuaraJawaTengah.id - Sudah sebulan terakhir Dul Rohmad (30) bersama Fatimah (33) serta anaknya yang masih balita, Dafa (13 bulan), tinggal di becak yang sekaligus menjadi tempatnya bernaung untuk hidup. Hidup di tengah pandemi Covid-19, berdampak besar pada kehidupan Rohmad yang sebelumnya bekerja sebagai buruh bangunan, hingga akhirnya kesulitan membayar indekos.
Pun becak yang dijadikan sebagai tempat tinggalnya ini disewanya Rp 5 ribu per hari. Becak ini digunakan oleh Dul bersama dengan istrinya untuk singgah di pinggir jalan, sembari menunggu pemberian dan belas kasih orang yang dermawan.
Maklum saja, selama dua bulan terakhir mereka memang sudah tidak memiliki penghasilan tetap, sebab Dul Rohmad yang merupakan tulang punggung keluarga ini sudah tidak memiliki pekerjaan.
”Kalau saya harus tinggal di kos berat, sebab biayanya tiap bulan sampai Rp 600 ribu. Padahal untuk makan dan beli pampers anak saja sulit,” ucap Fatimah saat ditemui di samping gedung DPRD Kota Solo pada Kamis (7/5/2020) sore.
Baca Juga: Kena PHK saat Corona, Keluarga dan Bayi 13 Bulan Tinggal di Becak
Sebenarnya pasangan suami istri ini sudah tinggal di tempat kos yang baru dengan biaya lebih terjangkau tiap bulannya. Namun kos tersebut sangat sempit dan tidak leluasa, apalagi kos itu cukup penuh.
Sebulan setelah suaminya berhenti dari pekerjaannya, mereka masih tidur di kos yang baru disewa sebesar Rp 400 ribu tiap bulan. Selama sebulan itu pula, mereka berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Namun di bulan kedua setelah Dul Rohmad menganggur, mereka mendapat ide untuk menyewa becak dan tinggal di becak. Pilihan berat tersebut dipilihnya karena memang biayanya lebih murah dan mereka lebih mudah mendapatkan makanan dari pemberian orang.
”Di sini kami kan juga dengan adik suami saya. Jadi kalau semua di kos tidak muat, apalagi kosnya kecil. Makanya sebulan terakhir kami memutuskan seperti ini (tidur di jalan),” ucapnya.
Warga Desa Asemrudung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan ini mengaku enggan kembali ke tempat asalnya. Karena enggan bergantung pada orang tua, lantaran itu mereka memutuskan untuk tetap di Solo.
Baca Juga: Tak Punya Uang, Tukang Becak dan Keluarga Cuma Makan Pakai Bumbu Penyedap
Lagi pula saat hidup di Kota Sola, mereka merasa lebih mudah mendapat pekerjaan dari pada di desa. Selain itu ketika mereka tidak memiliki uang untuk menyambung hidup, banyak bantuan dari orang untuk mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Pemprov Jateng Siap Gelontor Bantuan Keuangan Desa Sebanyak Rp1,2 Triliun
-
Semen Gresik dan Pemkab Blora Teken Kerjasama Pengelolaan Sampah Kota Melalui Teknologi RDF
-
10 Tips Menjaga Semangat Ibadah Setelah Ramadan
-
7 Pabrik Gula Tua di Jawa Tengah: Ada yang Jadi Museum hingga Wisata Instagramable
-
Jateng Menuju Lumbung Pangan Nasional, Gubernur Luthfi Genjot Produksi Padi 11,8 Juta Ton di 2025