Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Kamis, 16 Juli 2020 | 22:22 WIB
Surani, bersama kakaknya, Wardiyanto, sesampainya di kampung halaman di Dukuh Ngembar, Desa Mojorejo, Karangmalang, Sragen, Kamis (16/7/2020). [Foto: Solopos.com]

Namun, segalanya berubah ketika majikannya itu meninggal dunia. Ia kemudian memiliki majikan baru yang tak lain anak dari majikan lamanya.

Perangai majikan baru bernama Nafisa, 58, jauh berbeda dengan almarhumah ibunya.

"Saya memang tidak pernah mendapat kekerasan fisik. Tapi, saya pernah dilempar barang yang hampir mengenai saya," tuturnya.

"Saya juga pernah diancam ditusuk pakai pisau. Pernah sekali ditoyor waktu menjatuhkan sedikit beras, tapi tidak apa-apa."

Baca Juga: Fotonya Viral, Seorang Tukang Kayu asal Pakistan jadi Model di Arab Saudi

"Yang paling menyakitkan itu dikurung dalam kamar selama dua bulan tanpa diberi makan. Katanya biar saya mati kelaparan," ungkap Surani.

Curhat

Tindakan tidak mengenakkan bermula ketika Surani tepergok mencurahkan isi hati (curhat) kepada anak majikannya.

Saat itu, ia merasa butuh tempat untuk menyampaikan uneg-uneg yang selama ini terpendam.

Selain kerap mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari majikan, gaji Surani selama beberapa bulan juga belum dibayar.

Baca Juga: BP2MI Desak KBRI di Saudi Kawal Kasus TKI yang Kritis Disetrika Majikannya

Namun, tindakan itu harus dibayar mahal olehnya. Majikannya itu tidak terima Surani mengadu kepada anaknya.

Load More