SuaraJawaTengah.id - Aksi laskar intoleran yang meresahkan warga dan berakhir penyerangan terhadap Habib Assegaf saat melakukan syukuran pernikahan keluarganya membuat sebagian orang menyebut Kota Solo zona merah intoleran.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Taslim Syahlan mengatakan, Kota Solo memang bisa dibilang zona merah kasus intoleran.
Jika dibanding dengan kota-kota lain, Kota Solo paling banyak kasusnya.
"Ya bisa dibilang zona merah ya karena kasusnya paling banyak di Jateng," jelasnya di Kantor Kesbangpol Jateng, Rabu (12/8/2020).
Menurutnya, di Jateng terdapat dua daerah yang menunjukan daerah paling tinggi angka kasus intolerannya yaitu di Kota Solo dan Karanganyar.
Dua daerah tersebut akan menjadi perhatian secara khusus oleh FKUB.
"Kalau di Jateng ada dua daerah yaitu Kota Solo dan Karanganyar daerah yang paling rawan," ujarnya.
Jika Taslim lihat, angka intoleransi di dua Kota tersebut sering naik eskalasinya ketika menjelang dan sedang Pilkada atau Pemilu. Menurutnya, hal itu sudah menjadi rahasia umum.
"Kita tidak bisa memungkiri jika setiap kali menjelang Pilkada eskalasi isu-isu rasis dan intoleran cenderung naik. Kita tidak bisa menepis hal tersebut," jelasnya.
Baca Juga: Habib Assegaf Dikeroyok Laskar Intoleran, FKUB Jateng: Biasa Jelang Pilkada
Untuk itu, pihaknya melakukan upaya pembinaan atau pembelajaran antar umat beragama sebelum kontestasi Pilkada itu dilakukan. Menurutnya, hal itu penting untuk mencegah isu-isu rasisme yang kerap terjadi menjelang Pilkada.
"Sebenarnya kita sudah melakukan pembinaan agar warga Jateng bisa moderat," ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, sebelum terjadinya kasus pembubaran pernikahan secara paksa di Kota Solo pihaknya sudah melakukan monitor dan berkunjung ke majelis agama dan juga penghayat kepercayaan.
Ia mengakui, setiap menjelang Pilkada pihaknya harus bekerja dengan keras. Setelah mendengar kabar terdapat kasus intoleran di Kota Solo, pihaknya langsung mengintruksikan FKUB tingkat kabupaten dan kota agar siap siaga, termasuk Kota Solo.
"Mendengar ada kasus intoleran kita langsung adakan rapat melalui vidio call dan kesimpulannya anggota FKUB harus siaga khususnya di Kota Solo," katanya.
Sementara itu, tokoh Syiah Jawa Tengah, Miqdad Turkan menyebut, Syiah sudah biasa menjadi sasaran tembak ketika kontestasi Pilkada. Menurutnya, isu Syiah sengaja dimunculkan ketika masa Pilkada.
Berita Terkait
-
Anggota Komisi X DPR RI Dorong Penguatan Aturan Anti-Perundungan dalam RUU Sisdiknas
-
Rumah Ibadah dan Janji Republik yang Tak Kunjung Ditepati
-
Sirene Darurat Intoleransi Meraung, Alissa Wahid Ajak Bangsa Kembali ke DNA Asli
-
PKUB Kemenag Sayangkan Insiden Perusakan Rumah Doa di Padang
-
Misteri Kematian Siswa SD Korban Bully: Intoleransi Mengintai di Sekolah Dasar?
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Identix Group Buka Gerbang Ekspor Produk Lokal Jateng, Kopi dan Rempah Bakal Tembus ke 42 Negara
-
Nasib Khairul Anwar di Ujung Tanduk, Rangkap Jabatan Ancam Kursi Panas Ketua PSSI Jateng?
-
Jawa Tengah Dinobatkan sebagai Provinsi Sangat Inovatif dalam IGA Award 2025
-
7 Rekomendasi Mobil Hybrid Terbaik, Bisa Dibeli Di Akhir Tahun 2025 Ini
-
Tangan Dingin Anne Avantie di Bisnis Kuliner, Gandeng BRI Lestarikan Jajanan Legendaris