Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 14 Agustus 2020 | 21:22 WIB
Kebun kubis di Kecamatan Wanayasa, dataran tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara. [Suara.com/Khoirul]

SuaraJawaTengah.id - Petani yang bermukim di Dataran Tinggi Dieng Banjarnegara menjerit, lantaran harga kubis dan tomat yang mereka tanam anjlok alias turun drastis.

Seorang petani di Desa/Kecamatan Wanayasa Juwanto mengaku merugi di musim panen kali ini.

Lantaran sayuran kubis dengan kualitas bagus di wilayahnya hanya dihargai Rp 700 tiap satu kilogramnya, bahkan ada yang hanya dihargai Rp 500 per kilogram oleh tengkulak.

"Kalau yang jelek malah nggak dibeli," katanya, Jumat (14/8)

Baca Juga: Gunung Sinabung Erupsi, Petani Karo Rugi Rp 41 Miliar

Wanto mengatakan, rendahnya harga kubis sudah berlangsung sejak Juni 2020 lalu, atau semasa pandemi Covid 19 hingga sekarang.

Kali ini, dikemukakan Juwanto, merupakan panen kedua di masa pandemi yang membuat petani mengalami kerugian besar karena harga kubis belum juga stabil dalam beberapa bulan terakhir ini.

Tidak adanya kepastian kapan harga kubis akan stabil ini membuat petani ragu untuk bercocok tanam kubis lagi. Namun Wanto tak jera menanam kubis. Ia menyadari setiap usaha memiliki risiko, termasuk kubis.

"Mau menanam lagi, harapannya musim panen depan harganya sudah bagus," katanya

Selain kubis, komoditas lain di tempatnya, tomat juga anjlok harganya. Harga tomat bahkan lebih parah, yaitu di kisaran Rp 300 per kilogram.

Baca Juga: Dampak Erupsi Gunung Sinabung, Petani Empat Kecamatan Alami Gagal Panen

Padahal, saat normal harga tomat bisa menembus Rp 7.000 per kilogram.

Rendahnya harga tomat membuat petani memilih tak memanennya atau membiarkan buah sayur tersebut busuk di lahan.

Petani juga memersilakan warga untuk memetik tomat di lahan sesukanya secara cuma-cuma.

Lagipula, menurutnya, percuma memanen karena tak imbang dengan ongkos untuk membayar buruh saat panen.

"Tomat lebih parah. Dibiarkan busuk di lahan, nggak dipetik,"katanya

Di wilayah dataran tinggi lain, Kecamatan Kalibening, petani kubis sama menderitanya.

Warga Desa Kertosari Kecamatan Kalibening Teguh memilih menyedekahkan kubisnya ke warga yang butuh, dibanding menjualnya dengan harga murah.

Warga bebas memetik kubis di lahannya tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Keputusannya beralasan. Oleh tengkulak, lima ribu tanaman kubisnya hanya dihargai Rp 150 ribu.

Ia menghitung, tiap kilogram kubisnya hanya dihargai tak sampai Rp 100.

"Nggak dipetik biar busuk, nanti lahannya malah jadi subur," katanya.

Kontributor : Khoirul

Load More