Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 15 September 2020 | 17:48 WIB
Ilustrasi Pilkada Serentak. [Ayobandung.com]

SuaraJawaTengah.id - Fenomena pasangan calon (paslon) melawan kotak kosong di enam daerah Jawa Tengah pada Pilkada 2020, baru terjadi tahun ini. Hal itu akan memberikan dampak positif dan negatif bagi pasangan calon. 

Peneliti Politik Balairung Network, Cahyo Softyono mengatakan, masih banyak masyarakat yang belum tau sistematika petahana lawan kotak kosong. Padahal maju menjadi petahana saat pandemi Covid-19 juga berpengaruh karena sosialisasi kepada masyarakat minim dilakukan. 

"Banyak masyarakat yang tidak tau soal sistematika petahana lawan kotak kosong. Bisa jadi masyarakat malah tidak nyoblos ke TPS karena menganggap petahan sudah pasti menang. Beda kalau dulu ada banyak kampanye-kampanye kotak kosong sebelum pandemi Covid-19," ujarnya kepada Suara, Selasa (15/9/2020). 

Selain itu, Ia juga mempertanyakan kaderisasi partai-partai di Indonesia.  Menurutnya, jika ada calon tunggal bearti ada partai yang yang gagal melakukan kaderisasi.

Baca Juga: 243 Cakada Langgar Protokol, Tak Jaga Jarak hingga Kena Corona saat Daftar

"Artinya, politikus itu hanya turun ke publik ketika ada pemilihan Pilkada saja. Hal itu membuat krisis kaderisasi di partai," ucapnya. 

Ia menjelaskan, seharusnya budaya politik harus dibangun komunikasi dengan warga setiap hari. Hal itu penting agar masyarakat mengerti siapa tokoh yang akan diusung partai.

Sampai saat ini, menurutnya masih banyak partai yang aktif berkomunikasi dengan warga ketika mendekati pilkada. 

"Kalau ingin dikenal harus bangun komunikasi dengan warga. Jangan hanya saat menjelang pilkada saja. Bangun komunikasi setiap hari," ucapnya. 

Menurutnya, jika hanya ada calon tunggal masyarakat tidak akan tau mana kelebihan dan mana kekurangan paslon di saat pilkada. Jika hanya petahana masyarakat tidak bisa memilih. 

Baca Juga: Ingatkan Calon Kepala Daerah, KPK: Hati-hati Modus Bantuan Pengurusan LHKPN

"Kalau hanya petahana yang nyalon kita tidak bisa membuat pilihan. Jadi kita terpaksa menerima apa adanya calon petahana itu," ucapnya. 

Sementara itu, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah, Yulianto Sudrajat mengatakan, lima Paslon petahana yang melawan kotak kosong berasal dari Kota Semarang, Grobogan, Boyolali, Sragen dan Kebumen. 

"Jadi di Jateng Paslon yang akan melawan kotak kosong yang bukan berasal dari petahan hanya di daerah Wonosobo," jelasnya. 

Yulianto menyebutkan, secara keseluruhan di Jateng sebanyak 21 daerah akan melaksanakan Pilkada. Sementara itu, untuk penyelenggaraan Pilkada mendatang akan dimaksimalkan secara daring. 

"Karena ada pandemi kita akan maksimalkan secara daring saja," ucapnya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More