SuaraJawaTengah.id - Tragedi 1965 atau G30S menjadi kisah kelam bangsa Indonesia. Beberapa orang menjadi korban tahanan politik. Tidak hanya aktivis dari PKI, anggota TNI yang terlibat juga dipaksa menjalani hukuman.
Sertu Ishak Bahar, prajurit militer Angkatan Darat (AD) pada era masa pemerintahan Presiden Soekarno. Semasa bertugas sebagai prajurit, ia telah menyelesaikan misi di berbagai daerah di Indonesia.
Suatu ketika ia akhirnya ditarik ke istana oleh atasannya pada tahun 1962. Selama tiga tahun di istana hingga tahun 1965, ia ditugaskan menjadi ajudan Komandan Batalyon I Tjakrabirawa Letkol Untung yang membuatnya kemudian ditahan tanpa tahu alasannya.
Ia bercerita, ketika sampai di Istana, ia diterima. Namun ia dilucuti senjatanya. Hal tersebut yang ia ingat betul menjadi satu-satunya alasan kenapa ia kemudian ditahan sampai 13 tahun lamanya tanpa proses persidangan.
"Tahun 1965 saya jadi ajudannya Untung. Nah tahu-tahu saya dibawa ke Lubang Buaya. Di sana saya bingung ada apa. Setelah kejadian geger...geger...geger, saya ditinggal pergi sama Pak Untung, jadi saya pulang ke Cakrabirawa di istana," katanya kepada Suara.com di kediamannya di Kabupaten Purbalingga, Rabu (30/9/2020).
Ia mengaku, mengawali kariernya di TNI AD sempat ditugaskan diberbagai daerah. Hingga akhirnya berakhir pada tragedi 1965 di Jakarta.
"Saya pertama kali bertugas itu di Sumatera Barat, terus ke Aceh, balik lagi ke Sumbar, lalu ditugaskan di Papua," kata Ishak yang saat ini berusia 84 tahun.
"Wong saya diperintah ikut Pak Untung, tahu-tahu ditahan. Itu tok, nggak ada persidangan. Saya hanya saksinya Untung. Ditahan di Salemba ada temennya banyak tapi sudah lupa, sudah mati semua. Yang jelas tentara juga ada, terus sipil. Kalau tentara ada dari Angkatan Udara, Kopassus, Angkatan Darat, Dinas Kesehatan dan Cakrabirawa juga ada," tambahnya.
Tragedi 1965 menjadi pengalaman yang kelam baginya. Dua bulan sebelum ditahan, ia menggelar pernikahan dengan seorang wanita. Namun, siapa sangka, setelah ia ditahan ternyata istrinya diambil orang.
Baca Juga: Jejak PKI di Palembang, Ada Kamp di Pulau Kemarau Hingga Muktamar Ulama
"Pulang tahun 1978. Bandane mawut, bojo ucul, pangkat minggat (hartanya semrawut, istrinya lepas, pangkat pergi)," ungkapnya.
Awal kisahnya menjadi seorang prajurit tentara dimulai saat usianya 17 tahun. Ia yang menjabat sebagai Ketua Organisasi Pemuda Masyumi Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga.
Selain itu latar belakangnya merupakan seorang santri Pondok Pesantren di Desa Kebarongan, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
"Saya dahulu dari pondok pesantren. Dari pondok pesantren itu karena saya ketua Masyumi umur 17 tahun. Setelah Masyumi berontak di Sumatera Barat terus Manado, Saya dicurigai. Maka saya masuk militer. Pada waktu itu kan Partai Masyumi kadernya dicurigai oleh pemerintah. Yang pemenang pertama Pemilu kan Masyumi," lanjutnya.
Ia menjalani pendidikan militer pada tahun 1956. Satu tahun kemudian ia dilantik dan langsung ditugaskan ke Sumatera untuk memberantas Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
"Yang dipimpin oleh Soemitro Djojohadikoesoemo bapaknya Prabowo. Jadi saya ke Istana itu dari Papua," ujarnya.
Berita Terkait
-
Kritik Gatot, Intelektual NU: Yang Layak Angkat Isu PKI Mestinya Warga NU
-
FUI Gelar Nobar G30S/PKI di Medan, Peserta Wajib Patuhi Protokol Kesehatan
-
Polri Melarang, FUI Bakal Nobar Film G30 S PKI di Masjid
-
Cerita Pengangkat Jenazah Jenderal Korban G30SPKI: Kondisinya Mengenaskan
-
Anak Cucu DI Pandjaitan dan Murad Aidit Angkat Suara tentang Sejarah 65
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
BRI Purwodadi Salurkan 1000 Paket Sembako di Grobogan, Sasar Warga Kurang Mampu Desa Pengkol
-
Rafinha Merapat ke PSIS: Strategi Jitu Laskar Mahesa Jenar Perkuat Lini Depan
-
5 Ciri Mobil Bekas yang Sebaiknya Tidak Dibeli Meski Harganya Menggiurkan
-
Tahun Pertama Pimpin Jateng, Rapor Kinerja Ahmad Luthfi Diapresiasi Budayawan
-
Fortuner 2024 vs Pajero 2024? Ini 7 Perbandingan Kedua Mobil Tersebut