Aku tidak takut. Hanya ada marah tertahan tak berdaya. “Aku tidak akan bergerak. Jika aku bergerak pasti celaka. Aku tidak mau mati disini, aku ingin bertemu anak-anakku.”
Terbayang mata bundar Rino yang heran memandang bintara menyandang bedil, ketika aku ditangkap di rumahku dulu. Rindu menyayat hatiku, namun segera kuredam. Orang gila ini tak boleh menangkap takut dimataku.
Rasa menolak tunduk, sama kurasakan ketika aku diciduk dulu. Hari itu, 23 November, ulang tahun putraku Gunung yang ke tujuh belas. Pagi-pagi aku hendak ke pasar berbelanja sedikit lebih banyak. Kami sekeluarga sibuk dengan urusan masing-masing.
Sekonyong-konyong suara mesin truk menderu memasuki di jalan depan rumah. Kemudian berhenti di dekat pohon ketapang. Dari balik bilik kulihat orang-orang berbaju hijau di atasnya. “Lari!” teriakku tertahan kepada para anak laki-laki.
Mereka menghambur keluar lewat pintu belakang dan terjun ke parit. Beberapa pekerja bangunan yang kebetulan lewat cepat menyodorkan perkakas tukang sebagai samaran.
Kirnadi, salah seorang pemuda yang biasa berkumpul di rumahku di pinggiran Desa Papringan, Sleman, tidak sempat lari. Dia melepas kemeja dan menyambar sapu sambil memasang wajah dungu.
Dor..dor! Peluru dari senapan dimuntahkan ke udara. Para serdadu itu melompat turun dari truk. Salah seorang berteriak. “Semua keluar!”
Salah seorang petugas lari mendekati rumah. Matanya liar melihat kemana-mana. Dibentaknya Kirnadi, “Hai, kau! Apa kerjamu disini!”
“Kulo nderek Ibu, rencang Pak,” jawab Kirnadi gugup sambil tetap memajang wajah dungu.
Baca Juga: AHY Ceritakan Kesaksian Kakeknya yang Dikenal Sebagai Penumpas PKI
Tentara itu masuk rumah dan mengobrak-abrik perkakas. Membongkar isi lemari dan menendang kopor tua berisi kain. “Sarang apa ini!”
Salah satu anakku, Gunung diam di pojok serambi. Dia tampak tabah dan tidak takut. Matanya terbuka lebar mengawasi segerombolan serigala yang kalap menggeledah rumah.
“Kau naik ke truk!” bentak orang itu padaku. Aku pandangi anak-anak satu-persatu, dan hanya berucap, “Wis ya, cah.” Dan berjalan meninggalkan mereka tanpa menoleh lagi.
Aku tidak mencium mereka. Aku takut kalau aku menciumnya, aku akan menangis dan aku tak mau itu terjadi. Air mataku hanya untuk mereka yang kukasihi, bukan untuk diperlihatkan kepada mereka para jahanam yang bertindak kejam.
Bintara yang memegang bedil masih tinggal di serambi rumah. Dari atas truk kulihat dia bicara dengan anak-anak ku yang masih menggerombol di sudut halaman. Kemudian dia berseru, “Yang bernama Nasti turun!”
Ternyata bintara itu menanyai anak-anak, siapa yang akan tinggal bersama mereka kalau ibunya ditahan. Agaknya dia iba melihat Rino, anakku yang ragil, dengan matanya yang bundar memandangi dirinya.
Berita Terkait
-
SMRC: Warga Percaya Isu PKI Cuma 10 Persen, Tak Pernah Dengar Lebih Banyak
-
Cerita Mbah Margo, Kakek yang Diminta Masuk Luweng untuk Cari Jasad PKI
-
Survei Terbaru: 37 Juta Warga Indonesia Percaya PKI Akan Bangkit
-
Momen ketika PKI Menerima Pancasila dan Juga Sila Ketuhanan yang Maha Esa
-
Fadli Zon Klaim Punya Bukti PKI Dalang Kudeta 30 September 1965
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota